Bebaskan Pembelajaran dari Belenggu Dikotomi, Dr. Mochtar Naim Wariskan Kompendium Integrasi Sains dan Al-Qur’an

BIOGRAFI278 Dilihat

MINANGGLOBAL. ID, SUMBAR – Wafatnya cendekiawan muslim dan tokoh masyarakat Minang, Dr.Mochtar Naim, Ahad 15 Agustus 2021, meninggalkan duka dan kenangan tersendiri khususnya bagi para pendidik dan penggiat integrasi sains dan wahyu dalam pembelajaran.

Direktur IDSI (Indonesia Da’wah Study Insitute) atau Lembaga Studi Da’wah Indonesia, Ustadz H. Irwandi Nashir, Rabu (18/8/2021) menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya Dr. Mochtar Naim.

Dalam pandangannya, Dr. Mochtar Naim tak hanya seorang sosiolog yang sangat populer dengan bukunya “Merantau”, tapi juga menaruh perhatian besar terhadap pendidikan.

“Pak Mochtar dan istri banyak mendirikan sekolah terutama di daerah pelosok”, jelas dosen IAIN Bukittinggi ini usai mengikuti takziah secara virtual, Selasa (17/8/2021).

Secara lebih khusus lagi, Irwandi Nashir mengungkapkan Dr. Mochtar Naim juga sangat tinggi kepeduliannya terhadap upaya integrasi antara sains dan wahyu yang dibuktikannya dengan menulis kompendium atau rangkuman ayat-ayat Al-Qur’an dan integrasinya dengan sains.

Penulisan kompendium tentang integrasi sains dan wahyu seperti yang dilakukan Pak Dr. Mochtar Naim, ulas Ustadz Irwandi Nashir, bagaikan air penyejuk di tengah keringnya proses pembelajaran yang memisahkan materi pelajaran dari nilai-nilai moral al-Qur’an dan isyarat ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-Qu’ran.

“Kompendium integrasi sains dan al-Qur’an yang disusun Pak Mochtar dapat menjadi rujukan khususnya bagi pendidik untuk mengintegrasikan materi ajar dengan Al-Qur’an”, ulasnya.

Dalam pengamatan Irwandi Nashir, kegagalan program integrasi IPTEK dan IMTAQ yang pernah digulirkan di Indonesia disebabkan oleh kuatnya cara berpikir dikotomi dalam praktek pembelajaran yang memisahkan sains dan Al-Qur’an dan Hadits sumber ajaran agama Islam.

“Selain itu, rendahnya literasi guru terhadap bahan bacaan untuk integrasi sains dan Al-Qur’an juga pemicu gagalnya program integrasi IPTEK dan IMTAQ dalam pembelajaran”, sambungnya.

Irwandi Nashir berharap meski Pak Dr. Mochtar Naim telah tiada, namun banyak gagasan, jejak kebaikan, dan karya beliau mesti terus diwariskan , khususnya upaya mengintegrasikan IPTEK dan IMTAQ. (MF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *