Jangan Lupakan Tan Malaka

Penulis: Ahmad Zakiyul Ramadhani (Mahasiswa KPI UIN SMDD Bukittinggi) | Editor: Habibur Rahman

BIOGRAFI, NASIONAL, OPINI1663 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, – Tan Malaka adalah seorang tokoh besar Indonesia yang lahir di sebuah kampung bernama Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Ia lahir dari rahim seorang ibu bernama Rangkayo Sinah Simabur dan ayahnya, HM. Rasad Caniago, kedua orang tua, Tan cukup terpandang di kampungnya. Nama asli Tan Malaka adalah Ibrahim, namun ia lebih dikenal dengan sebutan Tan Malaka, karena merupakan gelar adat dari Kelarasan Bungo Satangkai.

Semangat perjuangan Tan Malaka tumbuh ketika ia melihat rakyat kecil yang bekerja keras namun tidak mendapatkan upah yang layak, seperti yang ia lihat di Sanembah, Sumatra Utara pasca kepulangannya dari Negeri Kincir Angin. Fenomena tersebut membangkitkan jiwa nasionalismenya dan memunculkan perlawanan terhadap sistem pemerintahan kolonial saat itu. Ia merasa bahwa rakyat kecil, terutama yang buta huruf, hanya dianggap sebagai alat kerja yang diperas tenaganya tanpa dihargai.

Dalam buku dari majalah Tempo, serial Bapak Republik yang Dilupakan, yang mengulas kehidupan dan perjuangan Tan Malaka, disebutkan bahwa sosoknya tidak hanya dilupakan di masa lalu, tetapi juga di era modern. Banyak pelajar saat ini tidak mengenal siapa itu Tan Malaka. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran perhatian terhadap sejarah bangsa. Muncul pertanyaan besar: apakah anak-anak muda tidak lagi memiliki minat membaca, ataukah sosok seperti Tan Malaka memang kurang diperkenalkan dalam sistem pendidikan kita?

Ironisnya, banyak siswa hari ini tidak diperkenalkan dengan namanya, begitupun juga dari kalangan menengah atas, tidak mengenal Tan Malaka. Lebih menyedihkan lagi, mereka bahkan tidak hafal Pancasila atau memahami sejarah dasar negara. Apalagi jika ditanya tentang siapa Bapak Republik Indonesia, kemungkinan besar banyak yang tidak mengetahui bahwa Tan Malaka adalah tokoh yang menciptakan konsep Republik Indonesia yang hingga menghantarkannya pada julukan tersebut.

Padahal, Tan Malaka memiliki pengaruh besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bung Karno sendiri pernah menyatakan kekagumannya terhadap Tan Malaka, baik melalui ide-idenya yang brilian maupun tulisannya yang tajam. Bung Karno bahkan pernah menuliskan testamen politik yang di dalamnya terdapat nama Tan Malaka.

Sayangnya, sosok Tan Malaka tetap kurang dikenal bahkan hingga saat ini. Hal ini dapat disebabkan oleh latar belakang ideologinya yang kerap dianggap sebagai paham kiri, sehingga sering kali menimbulkan kontroversi. Misalnya, lirik lagu lndonesia Raya karya WR.Soepratman yang berbunyi “Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku” bahkan juga terinspirasi dan diambil dari pemikiran Tan Malaka.

Selain Tan Malaka, banyak pahlawan lainnya juga mengalami nasib serupa tak dikenal hari ini, seperti Sutan Sjahrir yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia dan Perdana Menteri pertama, Adam Malik yang pernah memimpin Sidang Umum PBB di New York dan pernah menduduki jabatan Wakil Presiden, Sayuti Melik yang mengetik teks proklamasi, dan Fatmawati yang menjahit Bendera Merah Putih. Peran mereka seharusnya dikenang, namun banyak yang mulai melupakan jasa-jasa mereka, jangankan jasa, siapa mereka sja banyak hari ini yang tak memiliki pengetahuan akan itu.

Julukan Bapak Republik diberikan kepada Tan Malaka oleh Mohammad Yamin. Ungkapan terakhir Tan Malaka yang paling dikenal adalah: “Ingatlah bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi.”

Semangat perjuangan Tan Malaka mengingatkan kita bahwa menghargai sejarah bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan memahami identitas dan arah bangsa ini di masa depan. Ia bukan hanya pahlawan yang layak dikenang, tetapi juga seorang pemikir dan pejuang yang gagasannya terus relevan. Mari kita jadikan Tan Malaka sebagai inspirasi, bukan sekadar nama yang tertulis dalam buku sejarah.

Wahai generasi muda, ingatlah bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini bukanlah hadiah, melainkan hasil perjuangan tokoh-tokoh besar seperti Tan Malaka. Ia adalah pemikir revolusioner yang berani bermimpi tentang Indonesia yang merdeka, bahkan ketika banyak yang menganggapnya mustahil, dia hadir sebagai antitesa. Tan Malaka bukan hanya seorang pahlawan, tetapi juga seorang pendidik yang percaya bahwa ilmu dan keberanian adalah kunci untuk membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan.

Jangan biarkan namanya terkubur dalam lembaran sejarah yang berdebu. Pemikiran-pemikirannya tentang keadilan, kemandirian, dan keberanian melawan penindasan tetap relevan hingga hari ini. Dari tangan dan pikirannya lahir gagasan-gagasan besar yang menjadi fondasi republik ini.

Penulis: Ahmad Zakiyul Ramadhani (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *