Oleh : Apria Putra
Dengan bismillah kalam dimulai
Berharap berkah tarikh dicurai
Manaqib ulama, imam dan labai
Dari Minangkabau, negeri yang permai
Wahai dunsanak, handai dan tolan
Dengarlah khabar, simaklah i’lan
Dari saya, faqir yang nuqshan
Apria Putra, haqir yang ghaflan
Negeri Mekkah mulia dipandang
Di sana haji, rukun dipasang
Di sinan ilmu juga terpancang
Manasik dan ta’allum,semua terhidang
Sebelum zaman musim berganti
Negeri Mekkah tujuan hakiki
Bukan sekedar tujuan berhaji
Menuntut ilmu, begitu diniati
Anak siak semuanya berniat
Pergi ke Mekkah sangat dihajat
Safar haji, ziarah, ibadat
Menuntut ilmu juga diingat
Di Mekkah bermukim banyak ulama
Semua ‘alim ibarat permata
Empat mazhab lengkap sempurna
Begitupun thariqat, juga maujuda
Dengarlah tuan, sanak dan kawan
Zaman dahulu, Mekkah ianya tujuan
Siapa ulama pulang dari sinan
Ilmunya mangkus, sudah mutafannan
Begitu juga ulama Tanah Andalas
Mekkah ialah ghayahnya daras
Supaya ilmu nyata bernas
Lezatnya manis seperti nenas
Kita sebut sebagian ulama
Permata ilmu di kampung kita
Minangkabau yang dihuni fuqaha
Alim berma’rifat, sufi ternama
Pertama, Syekh Isma’il, yang tertua
Alim terbilang sangatlah ‘ilmiyya
Simabur – Minangkabau nisbahnya dia
Di Mekkah-lah muqimnya berada
“Min akabir ulama al-Jawi”
Gelarnya lekat sangat serasi
Sebab ia guru besar berisi
Ilmu, faham, ma‟rifatnya hissi
Di abad 19 beliaulah tumpuan
Sebagai ulama, pribadi berkilauan
Duduk di Mekkah, mengajarnya rajan
Muridnya banyak sangat bertaburan
Asy’ari ialah i’tikad pegangannya
Syafi‟i adalah mazhab fiqihnya
Naqsyabandi Khalidi amal thariqatnya
Ditambah Syadziliyah, hizib wiridnya
Hampir semua ulama di abad itu
Semuanya berhalaqah, kepadanya berguru
Mengkhatam kitab, berthariqat jitu
Dihadapannya segala ilmu dituju
Kita sebut beberapa muridnya
Syekh Batuhampar,yang pertama
Syekh Barulak yang nomor dua
Ketiga, di Sungai Pagu, Syekh Mustafa
Di Silungkang muridnya terpandang
Muhammad Shaleh ulama terbilang
Di Simabur juga disebut orang
Abdul Halim namanya terang
Sekian tentang muridnya disebut
Sangat banyak kalau diurut
Cukup beberapa sekedar patut
Sebagai pengingat bagi penuntut
Syekh Isma’il itu ulama kibar
Tandingan, bandingan, dicari sukar
Di Minangkabau beliaulah pagar
Benteng Sunni-Syafi’i begitu tegar
Makamnya di Ma’la, hamparan cahaya
Di sana berkubur, Isma’il, syaikhuna
Patutlah kita padanya berabita
Qaul Salim Sumair, lupakan sudah
Ulama Minang kedua di Mekkah
Ialah nan „alim ahli pekah
Syekh Ahmad Khatib ia bernama
Imam dan Khatib mazhab Syafi‟iyyah
Asalnya Bukittinggi sudahlah nyata
Dalam riwayat banyak terbaca
Bahrul fahamah,lagi tahqiqa
Naqad dan munazharah, sangat ia suka
Duduknya mengajar di Masjid Haram
Halaqahnya besar, muridnya kiram
Memfahamkan ilmu di depannya karam
Begitu ahsan, kitabahnya dan kalam
Karangannya banyak sangat terkenal
Masalah fiqih, tauhid, dan jidal
Akhlak tasawuf ditulisnya total
Matematika dan falak kitabnya tebal
di negeri Minangkabau dirinya didebat
I’tiradh bertubi, radd yang kuat
Sebab karangannya lugas menyayat
Perkata waris dan rabithah thariqat
Radd dan mardud lazim dibaca
Di sisi ulama sudahlah biasa
Kita yang awam pandang terbuka
Bantah dan jawab sebagai ikhtilaf
Perkara thariqat beliau bicarakan
Namun dirinya tetap sufiyyan
Thariqat Ahmad Khatib ada diturunkan
Pada Fathul Mubin, tengoklah kawan
Murid beliau begitu banyak
Sumatera, Jawa, begitupun Pontianak
Sulawesi dan Malaya, istimewa Perak
Di daerah lain sangatlah jamak
Semua ulama di abad lalu
Hampir-hampir semua berguru
Kepada Syaikh Ahmad, beliau itu
Tak hanya mufti, labai-pun begitu
Hal yang menarik dari dirinya
Menghasilkan murid bercabang dua
Setengah bernama Kaum Muda
Lainnya berjulukan Kaum Tua
Sekian dulu kita sebutkan
Perihal ulama yang dimasyhurkan
Pengarang bergelar Angku Muda
Mazhabnya Syafi’i sejak semula
I’tikadnya Asy’ari, akidah najiyya
Jalan thariqatnya tiga permata
Pertama Sammani sebagai minumannya
Kedua Naqsyabandi ialah amalnya
Ketiga Syadzili do’a wiridnya
Ketiganya berkumpul di satu kulima
Qalam disudahi, kalam dihentikan
Salah dan khilaf harap maafkan
Kepada sahabat, guru dan teman
La-ilaha-illallah akhir kesudahan
Penulis: Apria Putra, MA.Hum (Filolog dan Dosen UIN Sjech M.Djamil Djambek Bukittinggi)