Pembuka Jalan Masa Depan: Perempuan Perintis yang Mendahului Zaman

MINANGGLOBAL.ID, SUMBAR – Rahmah El Yunusiyah adalah perempuan Minang yang lahir di Kota Serambi Mekah julukannya yaitu di Nagari Bukit Surungan, Padang Panjang Sumatera Barat pada tanggal 29 Desember 1900 M yang bertepatan dengan 1 Rajab 1318 H. Rahmah ketika kecil tidak merasakan mengenyam pendidikan formal, akan tetapi ia dibimbing langsung oleh cendekiawan Islam yaitu ayahnya sendiri “Syekh Muhammad Yunus” yang merupakan seorang Qadhi atau hakim agama di Negeri Pandai Sikek Padang Panjang. Rahmah tumbuh sebagai anak yang keras hati dan memiliki kemauan kuat dibawah asuhan seorang yang memiliki tali darah dengan Haji Miskin, ulama pemimpin Perang Padri pada awal abad ke-19 yaitu Ibunya Rafia.

Rahmah adalah si bungsu yang memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki yang senantiasa mengajarinya ilmu agama menggantikan posisi Ayahnya yang wafat ketika Rahmah masih berumur 6 tahun. Melalui kepandaian dua abangnya yang pernah belajar di Sekolah Desa, Rahmah bisa baca tulis Arab dan Latin. Melalui buku yang ditulis abangnya “Zainuddin Labay El Yunusy”, Rahmah sudah mampu memperlihatkan kemampuan membacanya.

Gemar mendengarkan kajian yang diadakan di beberapa surau di Padang Panjang sudah dilakukan Rahmah ketika masih berumur 10 tahun. Ketiadaan Ayahnya membuat Rahmah tumbuh menjadi perempuan mandiri yang menyenangi berbagai kerajinan tangan, seperti seni menenun dan menjahit. Dengan tradisi yang berlaku di Padang Panjang, maka ketika Rahmah menginjak umur 16 tahun, ia dinikahkan oleh keluarganya dengan seorang ulama dari Sumpur yaitu “Bahauddin Lathif”, yang berlangsung pada 15 Mei 1916. Pernikahan tersebut hanya bertahan selama 6 tahun yang berakhir pada 22 Juni 1922 tanpa dikaruniai anak. Berakhirnya hubungan pernikahan tersebut tidak membuat jiwa semangat Rahmah padam tetapi memperjuangkan cita-cita untuk menghilangkan diskriminasi yang diterima perempuan, khususnya di bidang pendidikan terus dilanjutkannya.

Memiliki keluarga yang taat dalam masalah keagamaan menjadi pendukung yang akan membentuk jiwa kepribadian Rahmah. Pemikiran Rahmah yang berkonseptualisasi progresif ke depan dan bercita-cita ingin menjadikan setiap perempuan mengerti hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat melalui pendidikan yang layak. Sehingga dari pemikiran Rahmah tersebut, berdirilah Diniyah Putri Padang Panjang, sebuah madrasah khusus perempuan pertama di Indonesia. Meski pada masa awal berdirinya Diniyah Putri tersebut banyak tantangan yang harus diterjang karena perempuan pada masa itu masih dinilai tidak perlu untuk bersekolah. Pada 1 November 1923 Diniyah Putri didirikan dengan banyak murid baru 71 orang yang sebagian besar berasal dari kalangan ibu muda. Seiring berjalannya waktu, Diniyah Putri terus berkembang meluas ke semua jenjang pendidikan.

Dalam perjalanan inspiratif perempuan berdarah Padang Panjang tersebut, kita paham bahwa dari perjalanan tersebut tergambar sebuah transformasi yang luar biasa dari tradisi ke arah yang lebih progresif. Dari warisan nilai-nilai adat yang berlaku sebelumnya, tokoh emansipasi wanita ini tidak hanya mewarisi nilai-nilai adat yang kaya dari Minangkabau saja, tetapi juga menjadikan tradisi tersebut sebagai landasan untuk menciptakan perubahan yang positif. Menurutnya kedudukan seorang wanita dalam masyarakat tidak hanya sebagai istri yang akan melahirkan anak-anak dan keturunan semata, melainkan lebih dari itu dia menginginkan terangkatnya derajat dan martabat kaum wanita ke tempat yang lebih wajar dan pantas. Untuk menunjang perempuan Minangkabau yang berilmu pengetahuan, perempuan yang akrab disapa Tek Amah ini menyebutkan ada 3 hal yang harus dikuasai oleh perempuan Minangkabau yaitu Pertama, harus paham dengan ilmu fiqih kewanitaan yang disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, perempuan Minangkabau harus paham ilmu kesehatan baik itu untuk diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Ketiga, perempuan Minangkabau juga harus bisa melakukan keterampilan rumah tangga. Pada intinya perempuan Minangkabau itu harus cerdas dan tangguh.

Ditengah langkah proaktif yang sedang dijalankan Rahmah tersebut, celaan dan ejekan dari masyarakat terkhususnya masyarakat Minang terus berlanjut. Tetapi dengan keberanian dan tekad yang kuat, Rahmah berhasil mengangkat harkat martabat wanita di tengah masyarakat yang cenderung masih melekat pada norma-norma patriarki, dimana mayoritas masyarakat pada saat itu masih berpikir bahwa seharusnya perempuan itu berada di dapur bukannya membawa buku ke sekolah.

Perempuan dimata Rahmah adalah sosok yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Perempuan adalah Madrasatul Ula bagi anak-anaknya yang akan meneruskan jalur kehidupan mereka selanjutnya. Dengan peranan perempuan yang sangat penting tersebut makanya Rahmah memperluas misi kaum modernis untuk menyediakan sarana pendidikan layak bagi kaum perempuan yang akan mendukung mereka menjadi perempuan yang produktif dan beriman. Ia menciptakan diskursus baru di Minangkabau dengan meletakkan tradisi baru dalam pendidikan. Tidak hanya itu, Rahmah juga mendirikan sekolah menyesal pada tahun 1936 yang diperuntukkan bagi orang-orang yang buta huruf yang menyesali kenapa selama ini tidak bersekolah, dimana gagasan ini baru bisa terealisasikan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1948, itulah salah satu alasan mengapa Rahmah El Yunusiyah disebut dengan “wanita yang mendahului zaman”, ketika tindakan baik yang diperuntukkan bagi orang banyak telah terlaksana sebelum terpikirkan oleh orang lain.

Selalu menjadi perempuan pertama dalam melakukan tindakan-tindakan nasional, mulai dari perempuan pertama yang mengibarkan bendera merah putih di Padang Panjang setelah Indonesia merdeka, perempuan pertama yang diundang ke Mesir dan mendapatkan gelar “Syehkhah” oleh Universitas Al-Azhar, perempuan pertama yang mendahului Al-Azhar dalam sistem pendidikannya yang hingga sekarang sekolah tersebut masih berjaya, perempuan satu-satunya di Indonesia yang menjadi komandan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) ketika revolusi fisik. Itulah kiranya yang menggambarkan sosok Rahmah El Yunusiyah sebagai perempuan Muslim yang revolusioner dan pantang menyerah.

Memang nama Rahmah El Yunusiyah ini tidak setara dengan gemilangnya nama R.A Kartini ataupun Cut Nyak Dien tetapi pemilik gelar Bintang Mahaputra Adipradana ini tidak diragukan lagi jasa-jasanya terutama dalam pemberdayaan pendidikan Islam kaum perempuan di Minangkabau. Ia tidak hanya sebagai pelopor dalam memperjuangkan hak-hak perempuan atas pendidikan yang layak tetapi ia juga ikut serta dalam meningkatkan derajat perempuan di Sumatera pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dimana pada masa penjajahan Belanda dan Jepang tersebut, hak-hak perempuan di Sumatera sangat terancam, tidak hanya akses terhadap pendidikan yang terbatas tetapi hak-hak akan perempuan tidak dihormati. Demi membela hak asasi manusia terutama pada kaum perempuan maka Rahmah memilih masuk ke dunia politik agar dapat memperoleh kuasa lebih untuk menghentikan perbudakan dan pelecehan perempuan di Sumatera. Ia mengikuti organisasi-organisasi seperti Anggota Daerah Ibu dan Gyugun Ko En Kai yang pada akhirnya ia diberi gelar “Ibu Pasukan Ekstrimis” dan “Pelopor Sabil Muslimat” yang berjuang pada masa agresi Belanda dan Jepang.

Tepat pada tanggal 26 Februari 1969, Rahmah El Yunusiyah menghembuskan nafas terakhirnya di umur 68 tahun dan dimakamkan di samping perguruan Diniyah. Kini perempuan pemalu tetapi pemberani itu telah tiada tetapi namanya masih tetap dikenang sepanjang zaman. Seperti pepatah lama mengatakan “Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”. Nama Rahmah El Yunusiyah akan selalu dikenang manis sebagai motivator dan inspirator yang pemberani dalam ranah pergerakan perempuan khususnya di Minangkabau. “Tiada kemenangan tanpa kerja keras, tiada kerja keras tanpa keikhlasan, tiada keikhlasan kecuali untuk Allah” itulah secarik pesan yang disampaikan Rahmah kepada murid-muridnya yang kini menjadi pilar inspiratif di gedung Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *