Senyumanku Kekuatanku
MINANGGLOBAL.ID, SASTERA – Tepatnya di hari Jumat, Naya dan temannya sedang berkumpul di kelas membahas tentang latihan tari untuk pergelaran yang akan datang. Mereka pun sepakat pergi lepas waktu orang sudah selesai melaksanakn ibadah Jumat. Tetapi, Sebelum berangkat menuju sanggar tari mereka berkumpul terlebih dahulu di rumah Melli. Mereka pergi dengan mengendarai dua motor yang mana Naya bersama Chantika dan Melli bersama Dwi. Di tengah perjalanan, tak di duga stang motor Naya sama stang motor Melli bersenggolan, sehingga membuat mereka terjatuh..
Tak lama kemudian wargapun pergi berlarian untuk membantu mereka. Alhamdulillah Dwi baik-baik saja, tetapi Chantika dan Melli lebam di kakinya, sedangkan Naya badannya tertimpa motor dan kepalanya terkena stang motor. Salah seorang warga segera mengantarkan Naya ke klinik karna kepala naya banyak mengeluarkan darah. Sesampai di klinik dokter langsung menangani Naya dan kepalanya harus di jahit. Dokter menyatakan luka pada kepala naya lumayan besar sehingga harus dijahit lima jahitan, dokter menyarannya Naya harus banyak isirahat, jika banyak bergerak bisa menyebabkan Naya pusing.
Setelah selesai ditangani dokter, Naya diperboleh kan pulang. Efendi salah satu teman Naya mengantarkan Naya pulang dan menyuruhnya untuk beristirahat sesampai di rumah.
Tetapi di keesokan harinya, Naya masih tetap pergi sekolah, dan sesampai di sekolah ia pun di cecar pertanyaan demi pertanyaan oleh teman-temannya.
“Lu kenapa sekolah Nay, kepala lu gimana? “ Ujar Yudi
“Iya Nay! Ntar kalo lu pingsan gimana? “ Ujar Melli sambil marah.
“Udah, lu tenang aja, gua kagak papa “ Sahut Naya sambil tersenyum.
“Ya udah, nanti lu duduk aja nggak usah ikut goro. Ntar pingsan kan bisa berabe. “ Ujar Melli khawatir lihat naya.
Mereka pun segera berbaris di lapangan untuk mendengarkan bagian apa saja yang harus di bersihkan untuk kelas IX-1, tepatnya kelas mereka. Setelah semua kelas dapat bagian, barisan pun dibubarkan dan goro di mulai. Naya dan teman sekelas nya dapat bagian di belakang kantor guru, setelah goro berlangsung. Tiba-tiba ibu Fitri datang menghampiri nya.
“Naya bagaimana keadaan mu, kok udah masuk sekolah? Kepalanya gimana? “ ujar bu Fitri.
“Hah, Naya nggak papa kok Bu” Sahutnya.
“Lain kali kalo bawa motor itu hati-hati, jangan ngebut-ngebut, kalo sudah jatuh kan begini jadinya” ujar bu Fitri.
“Hehe, iya Bu” Tersenyum kecil.
Selesai goro mereka berkumpul dan tertawa bersama melepaskan penat yang ada. Tak lama setelah itu mereka diperbolehkan pulang.
Minggu demi minggu pun berlalu. Tibalah hari yang mereka nantikan, hari menampilkan semua yang telah mereka persiapkan yaitu acara pergelaran. Ada delapan kelompok yang akan di tampilkan. Naya dan teman-teman nya dapat tampil nomor urut 3 dan alhamdulillah sewaktu tampil berjalan dengan lancar tanpa ada keraguan pada gerakan.
Pergelaran pun berlalu dan tibalah masa yang sangat ditakutkan oleh mereka semua karna dua bulan lagi akan melaksanakan Ujian Nasional (UN).
Setelah dijalani akhirnya UN pun telah selesai. waktunya kelas 9 diliburkan dan menunggu hasil kelulusan. Dua minggu setelah itu kelulusan pun keluar, dan alhamdulillah SMPN 02 V Koto Kampung Dalam lulus 100%. Kepala sekolah pun mewanti-wanti siswa bahwasannya tidak ada yang mencoret baju. Tetapi, di antara mereka ada yang tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh kepala sekolah. Namun berbeda dengan Naya yang memilih untuk balik kerumahnya. Tak lama setelah kelulusan sekolah Naya jatuh sakit hingga berbulan-bulan. Meskipun dalam kondisi sakit Naya tetap bangkit dan mendaftar ke SMA yang diinginkan bersama bibinya ke kota karna Naya ingin mencari pengalaman di kota. Namun, belum ada satu pun SLTA yang buka. Hanya Madrasah Aliyah Negri Hebat dan Bermartabat yang baru buka. Naya pun mendaftar di sana dan lulus di jalur reguler. Naya masih mempertimbangkan masuk ke sana. Tetapi, orang tua Naya sangat mendukung jika anaknya masuk ke sana dan pada akhirnya Naya mendaftar ulang ke sana sekalian mencari kos-an untuk ia tempati.
Tidak lama setelah itu persekolahan pun dimulai. Naya mengikuti MOS selama 3 hari dan mendapat kenalan yang bernama Pity yang duduk di sebelahnya. Setelah MOS selesai pembagian lokal pun di tetapkan. Naya di kelas X MIPA-2 dan ternyata satu kelas dengan Pity dan memilih duduk sebangku dengannya.
Beberapa bulan berlalu Naya memiliki tiga orang teman dekat termasuk Pity, lainnya Tuti dan Roza. Naya selalu tersenyum melalui hari-harinya, tapi Naya sering tidak masuk sekolah karna sakit. Sehingga banyak yang bertanya-tanya termasuk orang-orang terdekatnya.
“Naya, lu sakit apa? “ ujar Pity.
“Nggak, gua cuman demam biasa aja kok” ujarnya sambil tersenyum.
“Seriusan lah Nay, lu jangan bohongin gua ah” Pity Tetap mempertahankan pertanyaan nya.
Akhirnya Naya menceritakan sakitnya kepada Pity. Setelah mendengar ceritanya Pity memeluknya sambil meneteskan air mata.
“Pity, Jangan bilang sama siapa-siapa ya masalah sakit gua ini, termasuk Roza sama Tuti.” Ujarnya.
Pity hanya diam dan menganggukkan kepalanya. Tidak lama setelah itu Roza dan Tuti pun tahu akan penyakitnya. Mereka marah kepada Naya.
“Nay, kenapa lu nggak kasih tau kami kalau lu mengidap penyakit tumor otak” Ujar tuti.
“Lu kira itu penyakit biasa haa… Kenapa lu nggak bilang sama kami” Ujar roza sambil marah. Namun, Naya hanya tersenyum melihat para sahabatnya itu.
“Gua nggak papa, lu tenang aja, gua nggak mau lu pada khawatir sama penyakit gua ini, gua tau lu pada sayang sama gua, tapi gua nggak papa” ujarnya sambil tersenyum.
Satu setengah tahun sudah Naya menahan sakitnya, namun dia selalu optimis dan tersenyum manis melawan sakitnya. Orang tua Naya sudah pergi kesana kemari membawa Naya berobat. Namun, hasilnya masih sama. Lalu, Naya disarankan abang sepupunya pergi berobat ke Padusunan yang mana dekat dengan kos-an nya. Naya pun pergi ke sana dan diberi obat untuk diminum tiga kali dalam sehari. Naya rutin meminum obat yang diberikan orang tersebut dan alhamdulillah penyakit Naya sudah mulai mendingan dan membaik, meskipun begitu Naya tetap menjalani pengobatannya.
Setengah tahun berlalu, Naya naik ke kelas XII, yang mana sampai saat ini Naya masih bergantung kepada obat yang diminumnya, setelah penyakitnya sudah tidak kambuh lagi, Naya memilih untuk berhenti meminum obat dan merasa dirinya sudah sembuh.
Dua bulan berlalu…
Malam telah datang, dan besok Naya ingin ke sekolah lebih awal, namun Naya bangun kesiangan sehingga ia harus bergegas berangkat sekolah. Tetapi, sebelum pergi Naya menjemput Ika terlebih dahulu ke rumahnya. Barulah mereka berangkat ke sekolah. Sepanjang perjalanan Naya mengendarai motor dengan kecepatan 60-90 km/jam. Di tengah perjalanan Naya bersenggolan dengan motor seorang pria yang ada di depannya, sehingga Naya dan motornya terseret sejauh 15 meter, Ika terlempar ke jalan, sedangkan si pria itu terjatuh bersama motornya.
Warga pun pergi berlarian untuk membantu, dan salah seorang dari warga menelpon ambulan. Naya dan Ika naik ambulan menuju rumah sakit. Sedangkan pria tersebut memilih untuk pergi dan tak tau kemana. Naya luka bagian kedua lutut dan kaki kirinya, Ika luka bagian kedua tangan dan wajahnya. Pasca kejadian itu Ika langsung menghubungi ayahnya dan juga wali kelasnya. Tak lama setelah itu ayah Ika sampai di rumah sakit, begitu pun kakak sepupunya Naya. Lima belas menit berlalu barulah orang tua Naya sampai di rumah sakit.
Wali kelas Naya mengabari ke teman sekelasnya. Pas mendengar berita itu, Tuti sahabat Naya langsung menghubunginya.
“Nay keadaan lu gimana? “ ujar Yuti cemas.
“Gua nggak papa kok, lu tenang aja “ sahutnya .
“Serius lu nggak papa? Apa aja yang luka ” ujar Tuti.
“Lutut sama kaki kiri gua sedikit bengkak “ sahutnya.
Tuti pun terdiam menangis mencemaskan keadaan Naya.
“Udah lu jangan nangis, gua ngga papa kok “ sahutnya.
Tak lama setelah itu Fernando dan Zukri teman sekelasnya datang untuk melihat keadaan Naya dan Ika. Usai pengobatan Ika pulang bersama ayahnya, begitu pun dengan Naya.
Seminggu setelah pengobatan.
Naya pun kembali sekolah dan beraktivitas seperti biasanya meskipun dalam keadaan sakit.
Setelah tamat dari MA Naya melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi IAIN Bukittinggi dengan jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Pihak kampus memutuskan jurusan yang Naya ambil harus tinggal di asrama selama satu tahun. Naya ditempatkan di asrama al-Ma’wa kamar 6 sekamar dengan Azhi, Amanda dan Putri. Naya diamanahkan oleh pihak Ma’had untuk memimpin dan bertugas atas kelancaran kegiatan di asrama.
Setelah tiga bulan di asrama, Naya sering sakit dan setiap pulang kampung Naya pergi berobat. Dokter mengatakan Naya mengidap penyakit jantung dan dan paru-paru sehingga menyebabkan tenggorokan Naya sering berdarah. Orang tua naya sempat berfikir untuk memberhentikan Naya kuliah karna sering sakit-sakitan di sana.
Satu bulan menjelang libur Naya tidak mengikuti kegiatan sholat berjamaah di asrama tepatnya di koridor lantai dua, karna Naya tidak sanggup untuk berjalan ke atas dan memilih untuk sholat di kamar saja. Pasca libur Naya memilih untuk pulang lebih awal karna satu minggu lagi pesta pernikahan bibinya. Namun, besok akan acara Naya mengalami kecelakaan. Ini adalah kali ketiga Naya jatuh dari motornya.Warga pun berlarian untuk membantu Naya dan segera mengantarkannya ke rumah sakit. Naya mengalami pendarahan di kepalanya, dokter mengatakan sobekan di kepala Naya cukup besar, lalu memutuskan dijahit 6 jahitan di bagian depan, 2 di bagian belakang dan pembengkakan.
Keesokannya, karena melihat perban di kepala Naya. Banyak yang melontarkan pertanyaan kepadanya.
Sejak kejadian itu, Naya sering mengalami sakit kepala seperti dahulunya terjadi. Di suatu hari suhu badan Naya naik, ia merasa kesakitan sehingga membuatnya tak bisa bangkit dari tempat tidur. Namun, ia tetap berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya melawan sakit yang ia rasakan.
Tiga tahun lamanya Naya menahan penyakitnya. Namun, ia selalu tampak ceria dengan menebarkan senyumannya. Senyuman manis di wajahnya tak pernah memudar sedikit pun. Walaupun ia tahu bahwa penyakitnya itu bukanlah penyakit biasa, tetapi ia tak pernah mengeluh atas apa yang di hadapinya.