Konsep Syukur yang Sesungguhnya

Penulis: Muhammad Permata Zacky (Mahasiswa Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir, UIN SMDD Bukittinggi)

KHAZANAH105 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, Khazanah – Apa itu konsep syukur ? Syukur adalah bentuk rasa berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikannya, dari hal tersebut kita melihat bahwa pada era zaman kontemporer saat sekarang ini, banyak para pemuda atau gen Z sekarang yang mengabaikan hal tersebut, kenapa? Karena mereka sudah jauh dari yang namanya ilmu agama, mereka telah diberi nikmat oleh Allah swt baik sekecil apapun itu, tetapi banyak dari kalangan mereka yang tidak bersyukur atas hal tersebut, apa contohnya? Pada saat makan saja banyak para pemuda yang tidak memulai dengan membaca basmalah ketika mau makan, kemudian setelah makan, banyak yang tidak bersyukur atas apa yang telah didapatkan, padahal Allah swt telah menegaskan di dalam Al Qur’an Surah Ibrahim ayat 7 :

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Sesungguhnya jika engkau bersyukur kepadaku kata Allah, maka akan aku tambah nikmat-ku kepadamu, tetapi apabila engkau kufur, maka sungguh azab-ku sangatlah pedih”. (QS. Ibrahim : 7)

Dari hal yang demikian, penulis teringat akan sebuah kisah bahwasanya dahulu pada suatu hari, ada seorang penggembala kambing, dia tinggal di sebuah desa yang dekat dengan hutan, dan kehidupan banyak dilalui dengan alam sekitar yang ada, rata-rata pekerjaan orang disana hanya bertani dan beternak.

Suatu hari, penggembala kambing ini ingin menggembala kambingnya ke hutan, setibanya di hutan ia melihat beberapa pohon dan juga tempat yang luas yang dipenuhi dengan padang hijau, dia senang karena dia tidak perlu mencari rumput untuk makan kambingnya, karena memang disana sudah tersedia makanan untuk kambingnya, kemudian dia berkata: “Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah, karena sudah menyediakan tempat yang begitu indah dan bagus sehingga saya tidak perlu capek-capek mencarikan makan untuk kambing saya.”

Setelah itu dia melepas kambingnya sendiri agar kambingnya bisa makan disana sepuasnya, kemudian dia juga merasa lapar dan mencari buah-buahan yang ada di sekitar hutan dan menemukan beberapa untuk dimakan, kemudian dia kembali untuk melihat kambingnya, dia melihat bahwa kambingnya masih makan rumput di sana, kemudian dia melihat pohon yang sangat besar, pohon tersebut seperti pohon beringin yang batangnya besar, daunnya lebat, tetapi buahnya kecil seperti buah kurma, kemudian dia berkata : “Ya Allah, pohon ini begitu besar, tetapi kenapa Ya Allah, buahnya sangat kecil”, setelah merenungi hal tersebut, penggembala itu pun tertidur di bawah pohon tersebut, di saat dia tertidur, muncul angin yang begitu kencang dan salah satu dari buah tersebut jatuh tepat mengenai kepala penggembala tersebut, kemudian dia terbangun dari tidurnya, dia berkata : “ Ya Allah, maafkanlah hamba-mu ini karena telah berprasangka buruk terhadapmu, apabila buah ini sebesar buah kelapa, mungkin hamba sudah tertimpa buah tersebut dan mengenai wajah hamba, dan Alhamdulillah hamba masih di beri kesempatan untuk kembali bersyukur kepadamu”.

Dari kisah tersebut, saya sebagai penulis mengharapkan untuk para kaum pemuda untuk selalu bersyukur kepada Allah swt, baik sekecil apapun itu tetaplah bersyukur, karena syukur itu bukan hanya dari lisan, tetapi di dalam hatipun juga bisa bersyukur kepada Allah swt. Rasulullah saw juga pernah bersabda : “Orang makan yang bersyukur adalah sederajat dengan orang bershaum yang sabar.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Maksudnya adalah orang yang makan dengan bersyukur adalah mereka yang mengapresiasi nikmat Allah swt dengan ucapan syukur, menikmati makanan yang halal, tidak berlebihan, serta memanfaatkannya untuk kebaikan. Hadis ini menunjukkan bahwa rasa syukur dalam menikmati rezeki memiliki nilai yang setara dengan kesabaran dalam menjalankan ibadah puasa. Ibrah atau hikmah yang dapat diambil adalah nikmat makan sering kali dianggap hal biasa, padahal mensyukurinya dapat menjadikannya bernilai ibadah.

Dari kisah yang telah dipaparkan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwasanya sebesar atau sekecil apapun yang diciptakan maupun yang diberi oleh Allah swt, kita sebagai manusia, terkhususnya para pemuda zaman sekarang hendaklah bisa mensyukuri apa adanya, karena dibalik itu pasti ada manfaatnya, untuk itu syukuri saja nikmat yang telah diberikan oleh Allah swt karena sekecil apapun itu dapat bernilai ibadah di sisi Allah swt.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *