MINANGGLOBAL.ID, KHAZANAH – Dr. Haji Irfianda Abidin Dt. Pangulu Basa tutup usia, Rabu, 18 November 2020. Beliau wafat di Pesantren Daarul Muwahhidiin Sumbar, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar pada usia 62 tahun.
Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Beliau lama dikenal sebagai pengusaha di Sumatera Barat. Lalu, hijrah menjadi Da’i, dan aktivis ormas Islam di Ranah Minang dengan tetap menjadi pengusaha yang banyak membantu berbagai aktivitas dakwah Islam.
Tahun 2003, kami mendirikan sebuah Forum Dakwah di Kota Padang. Forum itu dikenal dengan nama Forum Arimatea cabang Sumatera Barat. Nama Arimatea singkatan dari Advokasi, Rehablitasi, Imunisasi Aqidah yang Terpadu dan Efektif. Forum ini sejatinya perpanjangan tangan dari Forum yang sama yang berpusat di Jakarta. Saya sendiri diamanahi sebagai Sekretaris dengan Ketua Ustadz Wardi Lubis (alm). Pak Irfianda sendiri menjadi pembina dan juga penyandang dana untuk kegiatan forum ini.
Kehadiran Forum Arimatea sempat fenomenal di Indonesia. Disamping memberikan advokasi untuk kasus-kasus yang bersinggungan dengan agama, forum ini juga rutin melakukan pembekalan untuk para Da’i untuk berdialog dan menjelaskan ajaran Islam kepada umat di luar Islam yang ingin mengetahuinya. Bahkan, Forum Arimatea juga menggelar debat ilmiah terutama antara Islam dan Kristen. Debat yang paling menyedot perhatian publik ketika itu adalah Debat Muallaf vs Murtadin yang digelar di Asrama Haji Pondok Gede, tahun 2003. Atas undangan Forum Arimatea Jakarta, kami berangkat ke Jakarta untuk menyaksikan debat yang tergolong langka itu, sekaligus mengikuti Musyawarah Nasional Pertama. Saat itu, kami juga disuguhkan visualisasi Laporan Perkembangan Islam di Eropa yang dikemas dalam video dokumenter “Eropa Menuju Islam”. Dokumenter karya Forum Arimatea ini pertama kali diputar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Sejak tahun 2003 itu interaksi dan komunikasi saya dengan Tokoh MTKAAM (Majelis Tinggi Kerapatan Adat Alam Minangkabau) ini terus berlanjut. Sekitar 5 bulan yang lalu saya bersilaturahim dengan beliau di kediamannya di Padang. Selain menjemput al-Qur’an Terjemahan Tafsiriyah yang beliau distribusikan, seperti biasa kami juga berdiskusi soal keummatan.
17 tahun mengenal beliau saya terkesan dengan ghirah beliau dalam dakwah. Di tengah keragaman pola perjuangan berbagai harakah (pergerakan) dakwah Islam yang bagaikan mozaik indah itu, Pak Irfianda dengan sejumlah Ormas Islam dan Sosial yang beliau sertai, seperti Komite Penegak Syari’at Islam (KPSI), Majelis Mujahidin Indonesia, dan Forum Masyarakat Minang, sejatinya berada dalam salah satu ukiran indah mozaik pergerakan dakwah itu. Beliau tak hanya berjuang di jalan dakwah dengan pemikiran, namun juga waktu, dan bahkan dengan hartanya yang tak sedikit. Karenanya, umat Islam Sumatera Barat kehilangan salah seorang tokoh yang peduli dengan persoalan keumatan.
Semoga amalan beliau diterima Allah Ta’ala. Semoga pula Ranah Minang segera menemukan penggantinya.
Aamiin.