Meramal Pucuk Moderasi Beragama

OPINI455 Dilihat

Untuk memelihara kesempurnaannya sebagai insan paling sempurna diciptakan tuhan, manusia senantiasa melaksanakan kewajiban-kewajiban agama yang diperintahkan. Keimanan kepada tuhan bukan hanya tersimpan di dalam hati, tetapi harus dijewantahkan dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. Dengan beragama secara moderat, manusia Indonesia yang dikenal agamais akan berupaya melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang ia imani tanpa merusak iman orang lain. Lebih daripada itu, jika moderasi beragama diimplementasikan dengan baik akan membebaskan manusia dari belenggu ketidakberdayaan ekonomi, belenggu politik indentitas, dan belenggu pengetahuan dalam menjalankan agama.

Sebagai contoh; belenggu yang masih mengakar di tengah umat islam adalah masih percayanya akan mitos. Dengan beragama secara moderat, umat islam yang masih percaya akan mitos itu segera membebaskan diri dan berpikir secara rasionalitas.

Moderasi beragama mewujudkan transendensi

Dalam ranah transendensi, moderasi beragama menurut penulis mampu menyadarkan manusia akan tujuan hidupnya sesuai dengan keyakinan yang dianut. Bahwa dengan beragama, manusia itu bisa membedakan benar atau salah dan mampu membuat pilihan hidup yang lebih baik

Di tengah kondisi ini, moderasi beragama tidak lagi sebatas gagasan yang tersimpan dalam kepala belaka. Ujungnya, para penganut agama menyadari beragama bukan sekedar identitas melainkan sebagai jalan menuju tuhan. Dan sudah seharusnya pula, beragama membuat sadar penganutnya sebagai makhluk ciptaan yang lahir dan saling butuh satu sama lain.

Dengan demikian, beragama tidak hanya membuat kita dekat ke pada sang pencipta, namun juga ke sesama manusia, makhluk lainnya, dan juga bumi tempat berpijak. Pada akhirnya, dengan beragama perlahan-lahan berubah dan bertransendensi menjadi a higher state of consciousness.

Akhir kata, moderasi beragama bukanlah sebatas untuk menghasilkan sikap toleransi antar umat beragama. Tapi lebih luas lagi, untuk mewujudkan sumberdaya manusia beragama menjadi lebih berkualitas dan membangun bangsa dengan sikap kebersamaan tanpa harus merusak, menghakimi, dan menyinggung keyakinan orang lain. Indonesia sudah beragam sejak sedia kala masih bernama Nusantara. Dan keberagaman itu adalah karunia titipan tuhan. Oleh karenanya, sebagai bangsa yang agamais, keberagaman itu harus dijaga dengan cara beragama yamg benar dan tidak berlebih-lebihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *