Festival Imlek Kota Padang, Kebersamaan Tak Terbantahkan

SUMBAR297 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID,SUMBAR, Padang – Ribuan warga bersuka cita memenuhi kawasan Klenteng Kota Padang. Ramai gelak tawa dan tepukan hangat menyemati atraksi di pentas klenteng See Hen Kiong, Sabtu Malam.  Gerimis hujan, tak jadi soal. Pagar klenteng setinggi 3 meter pun, rela dipanjat.  Ya, antusiasme  perayaan imlek ke-2547 Kota Padang tak teragukan. Tampak benar keakraban dan persaudaraan di dalamnya. Jangan tanya keberagaman, berbagai macam ras, kelompok, profesi, budaya, usia, bahkan agama bisa dijumpa. Imlek memang tahun baru Tionghoa, tapi tawa rianya sampai ke hati kita Bersama.

Pemerintah Sumatera Barat sepertinya tahu betul warganya butuh hiburan pasca pandemi covid melanda. Melalui Dinas Pariwisata dan menggandeng seluruh komunitas Tionghoa, rentetan festival Cap Gomeh digelar, mulai dengan Pasar Malam Imlek tanggal 11-15 Januari 2023, dilanjutkan Bazar HBT dan WHBT pada tanggal 27 Januari hingga 5 Februari. Berbagai macam seni pertunjukan disuguhkan, mulai dari atraksi Barongsai, Singa Peking, Tarian Mandarin, Tarian khas Minangkabau, Wushu, Nyanyian, lomba karaoke lagu Mandarin, pemilihan koko cici, sulap, lomba mewarnai dan penampilan lain yang tak kalah memicu sorak sorai warga. Semua berkumpul, tua, muda, dewasa remaja hingga anak -anak. Tak terhitung jumlah bidikan kamera mengabadikan momen atau sekedar berselfie ria. Warga rela berdesak-desakan, gerimis hujan jatuh membaur bersama peluh keringat di dalam keramaian, Para orang tua berlomba-lomba menggendong anaknya di atas bahu, memperlihatkan pertunjukan demi pertunjukan. Derai gelak tawa, mulut yang terbuka kagum, hingga suasana melebur begitu akrab. Tentu bukan ritual perayaan semata tujuannya, ada misi kesatuan di dalamnya. Kebersamaan dan keberagaman warga Kota Padang di dalam satu suka cita. Tampak jelas padu-padannya, terasa benar rasa saudaranya. Tarian minang diperagakan oleh penari cilik keturunan Tionghoa, penampilan penyanyi ibu kota , pertunjukan musik, biola dan dance dari himpunan keluarga etnik Tionghoa, penampilan naga dari Brimob Polda Sumbar, penampilan kolaborasi dari warga kota Padang, marching Band IPDN Baso, hingga Reog Singo Budoyo dari Dharmasyara. Klenteng bak pusat atraksi budaya nusantara, dengan kentalnya balutan Tionghoa, toleransi sempurna.

Bagi yang ingin memanjakan mata atau menikmati suguhan permainan lainnya, tak perlu balik arah atau mencari lokasi lain. Ibarat lirik syair lagu, semua ada disini. Ya, jejeran penjual makanan terlihat sibuk melayani pembeli di sepanjang jalanan depan Gedung Marga TAN. Beragam kuliner menarik dan kekinian disuguhkan. Makanan yang menjadi incaran para kaum muda, waffle, pizza, perkopian, bubble, hingga makanan khas lainnya  Uniknya pedagang merupakan paduan kolaborasi dari keturunan etnis Tionghoa hingga  masyarakat asli kota Padang. Tentu jangan diragukan ke-halallan-nya, penempatan dan proporsi stand kuliner  sudah diatur dan disusun sebaik mungkin. Bagi yang membawa anak anak, siap siap untuk merogeh kantong lebih. berbagai macam permainan anak di Gedung HTT menantang andrenalin untuk dicoba.  Para pecinta reptile pun ikut berpesta pada festival malam imlek kali ini, terdapat satu zona khusus di Gedung marga THE yang menyajikan aneka macam reptile menggemaskan. Untuk ibu-ibu, pilihan hemat menginjakan kaki di Gedung Marga Tjoa, ada pilihan sajian bazar sembako murah, dijamin mampu merekahkan senyum ibu-ibu dirumah. Festival perayaan imlek, satu tempat untuk sejuta hati bukan?

Pernak-pernik menghiasi setiap sudut bangunan klenteng. Lampion berwarna merah pun mempercantik langit, ornamen-ornamen Tionghoa tertata rapi berjejer membalut kesakralan imlek Lampu-lampu gemerlap, suara drum, serta kembang api yang menawan menghiasi malam. Jalanan seputar klenteng terpancar kemewahan warna kuning dan kemerahan. Indah sekali kawasan klenteng malam itu, persis seperti indahnya pengharapan kehidupan di tahun yang baru.  Imlek 2023 Bersio kelinci. Masyarakat Tionghoa percaya, Sio kelinci adalah simbol umur panjang, kedamaian, dan kemakmuran, sehingga tak hayal tahun ini diprediksi menjadi tahun harapan. Harapan yang datang bersama para pengunjung Festival Cap Gomeh Kota Padang. Harapan untuk kehidupan lebih baik, simpul tawa yang ingin terus mereka tampilkan. Tawa pembawa kedamaian dan ketenangan hidup di Kota Padang, Ranah Minang tercinta.

Kelekatan Kota Padang dan warga Tionghoa, sejarah tak akan berdusta. Perjalanan Kota Padang tak pernah lepas dari warga Tionghoa. Bermula sebagai pedagang, perlahan-lahan mulai terintegrasi dengan kehidupan masyarakat Padang, berakulturasi dengan nilai-nilai lokal Minangkabau.  Kini ribuan etnis Tionghoa menetap, keberadaan mereka nyata, peran nya pun signifikan dalam kehidupan sosial ekonomi di Kota Padang. Tak susah sebenarnya bagi warga Tionghoa untuk hidup berdampingan dengan masyarakat Kota Padang. Sebuah kehidupan yang asri terjaga tanpa diwarnai konflik.

Sebagai dua etnis yang gemar berdagang tentu mengajarkan jiwa sportifitas dan solidaritas di atas segalanya. Akulturasi antara etnis Tionghoa dan Minangkabau melekat dalam setiap elemen kehidupan mulai dari sejarah, agama, nilai, organisasi sosial hingga bahasa. Sebut saja tentang “bahasa Minang Pondok”, sebuah akulturasi budaya dalam ciri dialek gaya komunikasi etnis Tionghoa di Padang, bahasa Minang namun memakai logat Tionghoa. Bahasa yang kemudian menjadi benang merah yang menyatukan seluruh konstruksi sosial masyarakat etnik Tionghoa di kota Padang.

Bahasa yang menjadi sangat familiar dan akrab mewarnai obrolan dan gerai tawa keakraban di festival malam perayaan Imlek ini. Pemandangan malam yang seraya membuktikan pernyatan Uda wagub kita, Audy Joinaldi.  “Inilah bukti keberagaman di Sumatera Barat tak perlu diragukan lagi”. Perayaan festival imlek, satu kegiatan sejuta pesona. Masyarakat terhibur, budaya tersalur, toleransi yang tak terukur, hingga menjadi awal untuk hidup penuh rasa syukur.

Penyelenggaraan festival imlek diharapkan mampu menjadi daya tarik wisatawan berkunjung ke Kota Padang. Perpaduan kawasan Pondok dengan nuansa Tionghoa yang kental bergandeng mesra dengan bangunan-bangunan tua kolonial Belanda, sebuah magent sejarah dan perpaduan lokasi wisata yang apik. Lantas adakah yang bisa mengatakan tidak untuk  berwisata?. Ya,  Sumatera Barat dan Kota Padang,  surganya wisata dan wujud ideal toleransi serta kebersamaan yang tak terbantahkan (SO)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *