MINANGGLOBAL.ID, NASIONAL – Pengelola KRL commuter line Jakarta, PT. KCI terus sosialisasi pelarangan penggunaan masker scuba hingga senin pekan depan, dan setelah itu akan diwajibkan memakai masker kain atau masker medis, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV, Jumat (18/09/20)
Mengutip Zona Jakarta, juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito menjelaskan peluang tembus virus untuk masker scuba dan buff sangat besar.
“Masker scuba atau buff terlalu tipis, sehingga kemungkinan tembus lebih besar,” jelas Wiku dalam konferensi virtual di Jakarta, Selasa (15/09/20).
Pernyataan Wiku, senada dengan dr. Muhamad Fajri Adda’i selaku relawan Covid-19, mengatakan masker scuba bahannya tipis dan elastis. Jika ditarik akan membuat pori kain membesar, dan hanya satu lapis.
“Masker scuba itu tipis satu lapis, tidak efektif, karena bahannya neoprene, cenderung elastis. Jika ditarik pori akan membesar. Padahal kita butuh kemampuan filtrasinya,” ungkap Fajri, dilansir dari antaranews.com Jumat (18/09/20)
Hal ini ditanggapi oleh Syahrizal Syarif, Epidemiolog FKM UI. Kenapa pemerintah baru sekarang meributkan dan melarang masker scuba dan buff.
Syahrial menyampaikan bahwa sejak awal Covid-19 mewabah, WHO telah menyarankan jenis-jenis masker yang aman digunakan untuk menangkal penyebaran wabah Covid-19. Masker scuba dan buff tidak termasuk yang direkomendasikan oleh WHO.
“Sejak awal pandemi, WHO sudah mengimbau agar masyarakat menggunakan masker pabrik, atau masker kain tiga lapis,” kata Syahrizal saat on air di radio PRFM, dikutip dari prfmnews.id, Jumat (18/09/20).
Solusi selain masker pabrik adalah masker kain tiga lapis, atau dua lapis yang masih bisa disematkan tissue sebagai lapisan penyerap.
“Seharusnya pemerintah melarang ini sejak awal pandemi. Saya heran kenapa pemerintah baru ribut sekarang,” tutupnya.
Pelarangan masker scuba dan buff ini berdampak kepada ekonomi masyarakat juga, terutama penjual masker tersebut.
Dadang (45) mengatakan kepada detik.com bisa tembus penjualan masker per hari 10 lusin, dan sejak pelarangan untuk menghabiskan 1 lusin saja susah.
“Ya sepi. Sekarang semenjak pengumuman larangan di kereta ditambah PSBB kedua ini jauh merosotnya. Dulu paling dikit 5 lusin, paling banyak 10 lusin kadang lebih, kadang-kadang ada yang pesan untuk jual lagi, sekarang laku selusin saja susah,” Ujar Dadang, Jumat (18/09/20).