MINANGGLOBAL.ID, SUMBAR – Thawalib Padang Panjang, Menyambut pergantian tahun baru Hijriyah, santri Thawalib Putera Padang Panjang disuguhkan dengan sebuah film yang disutradarai oleh Eman Pradipta, Senin (09/08/2021) malam.
Selain memberikan hiburan untuk santri lewat tayangan film, pergantian tahun Hijriyah kali ini juga dimeriahkan dengan penyerahan hadiah untuk pemenang lomba takbir pada Idul Adha lalu.
Mengenai film “Sampai Jadi Debu” memiliki gambaran erat tentang tanah perantauan yang dijejali oleh seorang anak laki-laki. Kondisi pada film tersebut, juga sangat lekat pada para santri Thawalib Putera yang berasal dari berbagai penjuru negeri.
Film ini mengisahkan tentang seorang ibu (Cut Mini) penderita Alzheimer. Dia dijaga bergantian oleh anak-anaknya. Damar (Wafda Saifan) yang berada di Jakarta harus pulang untuk merawat ibunya. Damar dihadapkan pada dilema besar, yakni merawat ibunya dan meninggalkan kekasihnya, Laras (Yasamin Jasem).
Damar adalah anak bungsu yang begitu sibuk dengan pekerjaannya di Jakarta. Dia nyaris tak pernah pulang ke Solo untuk bertemu orangtuanya, sampai ayahnya meninggal dunia. Hal itu begitu dia sesali.
Damar kemudian sadar bahwa ibunya menderita Alzheimer. Ibunya lupa dengan hal hal sederhana, yang tentu membahayakan.
Kakak-kakak Damar kemudian mengajukan agar rumahnya dijual dan ibunya Damar tinggal bersama kakaknya. Namun Damar menolak, dia memilih sering-sering cuti hingga bisa pulang ke Solo. Hingga, Damar memilih resign dari pekerjaannya supaya bisa merawat sang ibu.
Usai membuat pilihan resign, Damar juga meninggalkan Laras, pacarnya di Jakarta. Laras kemudian datang menyusul Damar ke Solo. Kehadiran Laras bukan tak beralasan, karena kekhawatiran dengan kondisi Damar dan isi percakapan Damar dengan sang ibu (Cut Mini). Hal itu pula lah, yang membuat Laras semakin paham dengan sifat Damar.
Pun demikian, setelah Damar sepenuhnya mengurus ibunya, dan memelihara tanaman yang ada di rumahnya, menyadari banyak rahasia antara ibu dan ayahnya.
Terutama ayahnya yang menyatakan rasa cinta lewat bunga melati yang ditanam di depan rumahnya. Banyak hal yang diungkapkan ibunya saat mereka sedang berdua. Bunga melati itu pula yang kemudian membuat hubungan Damar dengan Laras berubah.
Usai menyaksikan film tersebut, beberapa orang dari santri kelas 1 MTS Thawalib saat ditanya tentang film ini, mengungkapkan film “Sampai Jadi Debu” membuat mereka semakin rindu dengan orang tua.
“Banyak hikmahnya ustadz, salah satunya tentang bagaimana seorang anak laki-laki harus berani membuat pilihan hidup. Bagi saya, dengan nonton film ini semakin rindu sama orang tua di kampung. Semoga ayah dan ibu sehat,” tutur salah seorang santri yang tidak mau disebutkan namanya itu.