MINANGGLOBAL.ID, SUMBAR, Bukittinggi – Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh, Sumbar, terus mensosialisasikan maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/1.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah 1444 H. Sosialisasi itu dilakukan melalui para muballigh Muhammadiyah dan para ta’mir masjid di kota itu.
Ketua PDM Kota Payakumbuh, Ustadz H. Irwandi Nashir, menyampaikan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengumumkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah berdasarkan hisab wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Mengutip maklumat PP Muhammadiyah, Ustadz Irwandi Nashir menyampaikan, penetapan Ramadhan didasarkan pada metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, bukan Hisab ‘Urfi. Penetapan itu dihasilkan lewat proses ijtimak atau konjungsi antara bulan dan matahari pada Rabu 22 Maret 2023, bertepatan 30 Syakban 1444 H pukul 00.25.41 WIB, dengan ketinggian bulan saat matahari terbenam di Yogyakarta, +7° 57` 17″ dan untuk Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri, ijtimak terjadi Hari Kamis Legi 20 April 2023 tepat 29 Ramadan 1444 H. Ijtimak Syawal “Ijtima’ ini adalah perjumpaan antara bulan Ramadhan dan bulan Syawal. “Jadi ada semacam sopan santun yangmana bulan Ramadhan pamit ke bulan Syawal pada hari Kamis, 20 April itu, pukul 11.15.06 WIB.Artinya, 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Jum’at, 21 April 2023,” ujar dosen Universitas Islam Negeri Bukittinggi itu.
Ditambahkannya, Muhammadiyah di dalam penetapan awal bulan Qomariah, termasuk Ramadan, Syawal, dan Zulhijah ini tidak berlandaskan pada penampakan, melainkan berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit, yakni matahari, bumi, dan bulan. “Untuk 1 Zulhijjah 1444 H jatuh pada hari Senin, 19 Juni 2023. Hari Arafah, 9 Zulhijjah 1444 H, jatuh pada Selasa, 27 Juni 2023 M, dan Idul Adha 1444 H jatuh pada hari Rabu, 28 Juni 2023 M,” jelas Irwandi Nashir.
Irwandi Nashir menegaskan bahwa perbedaan 1 Syawal 1444 H disebabkan oleh metode yang dipakai. “Penepatan awal Ramadahan, Syawal dan Zulhijah adalah menyangkut metode yang dipakai dan semuanya bersifat ijtihadiyah,” jelasnya. “Saling menghargai dan tidak melupakan esensi ibadah puasa dan hakikat Idul Fithri adalah jalan terbaik yang dapat ditempuh ditengah perbedaan ini,” jelas Ketua PDM Kota Payakumbuh periode 2002-2007 ini