MINANGGLOBAL.ID, KHAZANAH – Beliau seorang ulama dari Minangkabau. Kampung asalnya dari Bulakan Kamba, Nagari Kubang Putiah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Wafat pada 30 Desember 1994 di usia 81 tahun (bilangan tahun Masehi) atau 83 tahun (bilangan tahun Hijri). Dari tahun 1931 hingga akhir hayatnya, beliau setia mengajar di Perguruan Thawalib Padang Panjang. Pernah menjadi dosen di IAIN Imam Bonjol Padang, dan menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol (1965-1966).
Ilmu Hadits adalah bidang kepakaran beliau. Sanad keilmuannya tersambung ke ulama-ulama Haramain (Makkah dan Madinah) terutama melalui gurunya Dr. Karim Amrullah (ayah Buya Hamka) dan Syeikh Ibrahim Musa Parabek. Banyak kitab dan buku tentang ilmu Hadits yang ditulisnya dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Di zaman serba sulit, beliau istiqomah mengajar dan menulis.
Membaca salah satu bukunya “Mushthalah Hadits” yang terbit tahun 1957 ini, saya membayangkan alangkah asiknya belajar ilmu hadits dengan beliau. Beruntung mereka yang pernah berguru dengan beliau. Seperti halnya ulama penulis dari Minangkabau lainnya, uraian beliau di buku ini menggunakan bahasa sederhana, mudah dipahami oleh semua kalangan. Diuraikannya asal usul ilmu hadits, kegunaan ilmu ini, dan seluk beluk perkara hadits.
Sudah sepatutnya ilmu ini disebarluaskan ke tengah masyarakat agar tumbuh kepahaman kenapa ada klasifikasi hadits. Juga kenapa ada hadits yang shahih menurut penelitian sebahagian ulama, tapi tidak shahih kata ulama yang lain. Akhirnya, kita bisa berlapang dada dalam perbedaan pendapat.
Ustadz Irwandi Nashir adalah Da’i dan Dosen di IAIN Bukittinggi