Kematian Demokrasi: Gen Z tidak peduli?

Penulis: Nadila Fazira (Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN SMDD Bukittinggi)

OPINI92 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, Opini – ​Demokrasi suatu kata yang tidak pernah lepas dari omongan masyarakat zaman sekarang apalagi dari omongan Gen Z yang katanya sangat paham dengan sistematika Demokrasi. Jadi apa sebenarnya demokrasi itu? Menurut pendapat filsuf Aristoteles berpendapat bahwa Demokrasi ialah setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan politik atau sama dengan dari rakyat untuk rakyat.

Gen Z adalah generasi yang kritis, kreatif, dan penuh semangat. Mereka memiliki cara yang unik dalam berpartisipasi dalam politik. Alih-alih menghakimi mereka, hal ini perlu juga diciptakannya ruang yang lebih inklusif bagi mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses demokrasi. Dengan memberikan kesempatan untuk berdialog, berkolaborasi, dan berkontribusi, kita dapat bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik.

​Isu yang menyebutkan bahwa Gen Z tidak peduli pada demokrasi merupakan sebuah fakta yang berbahaya dan tidak sepenuhnya akurat. Kita sering kali mendengar keluhan tentang rendahnya partisipasi politik generasi muda terutama dalam pemilu. Namun, apakah ketidakhadiran mereka di bilik suara berarti mereka tidak peduli dengan nasib bangsa? Pertanyaan ini perlu kita jawab dengan lebih NUANSA !

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak negara yang mengalami penurunan kualitas demokrasi. Keprihatinan ini muncul dari berbagai penjuru dunia, baik dari kalangan masyarakat sipil, akademisi, maupun lembaga internasional. Dan penyebab hal ini terjadi akan tidak jauh berbeda di setiap negara.

​Lalu, apakah generasi muda terkhusus Gen Z benar-benar apatis terhadap politik, atau mereka hanya mengekspresikan kepedulian dengan cara yang berbeda? ​Dikutip dari CNN Indonesia Mahfud MD calon wakil presiden mengatakan bahwa apatisme politik dikalangan Gen Z mungkin hanya terlihat di media sosial, seperti Tik Tok dan media sosial lainnya. Ia mencatat bahwa saat turun kelapangan, banyak Gen Z yang menunjukkan minat untuk berpolitik. Dia juga menekankan bahwa Gen Z sangat penting keterlibatannya dalam politik untuk resiko dari pemimpin yang dzolim.

Gen Z lahir dan tumbuh di era digital, mereka punya cara yang unik dalam berpartisipasi dalam politik. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, mereka lebih cenderung menggunakan platform digital dan media sosial untuk menyuarakan pendapat, mengorganisir aksi, dan mempengaruhi kebijakan publik. Selanjutnya, Gen Z seringkali skeptis terhadap institusi politik tradisional, termasuk partai politik. Mereka melihat banyak kasus korupsi, ketidaktransparanan, dan janji-janji politik yang tidak ditepati, sehingga mengurangi kepercayaan mereka terhadap sistem politik yang ada.

Maka dari itu Gen Z lebih cenderung memilih cara-cara yang lebih langsung dan personal untuk terlibat dalam isu-isu sosial dan politik. Mereka seringkali menggunakan media sosial untuk mengorganisir aksi, menyebarkan kesadaran, dan memberikan tekanan pada para pembuat kebijakan.

Media sosial mempermudah Gen Z mengakses informasi politik dari berbagai sumber. Media sosial mendorong Gen Z untuk lebih aktif berpartisipasi dalam politik, seperti mengikuti kampanye, menyebarkan informasi, dan memberikan suara. Media sosial juga menjadi ruang bagi Gen Z untuk membentuk opini dan berdiskusi tentang isu-isu politik.

Maka dari itu mari kita dukung bersama-sama Gen Z untuk menjadi pemimpin masa depan yang dibutuhkan. Berikan Gen Z kesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, dengarkan suara mereka, dan fasilitasi partisipasi mereka dalam kehidupan politik. Bersama-sama, kita dapat membangun demokrasi yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Gen Z memiliki banyak kesempatan untuk terlibat dalam politik, tetapi cara mereka berpolitik seringkali berbeda dari generasi sebelumnya. Agar mereka tidak dipandang apatis, literasi politik mereka harus ditingkatkan melalui pendidikan yang relevan dan menarik, baik dalam kurikulum formal maupun dalam kegiatan informal. Selain itu, optimalisasi media sosial sangat penting karena media sosial adalah tempat di mana orang mengatur tindakan, menyuarakan pendapat, dan mempengaruhi kebijakan pemerintah, lembaga politik, dan masyarakat luas harus membuat ruang diskusi yang terbuka dan inklusif di mana Gen Z dapat berbicara tanpa ditolak. Mereka dapat meningkatkan kepercayaan terhadap sistem politik konvensional dengan melakukan tindakan yang menunjukkan keseriusan, akuntabilitas, dan transparansi dalam menanggapi aspirasi mereka. Akan lebih logis untuk memberi mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan proses demokrasi. (NF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *