Syekh Sa’ad Al-Khalidi Mungka: Syaikhul Masyaikh Ulama Minangkabau

BIOGRAFI, KHAZANAH, SUMBAR793 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, SUMBAR – Al-Arif billah Al-Allamah Syekh Muhammad Sa’ad Al-Khalidi atau yang dikenal dengan sebutan “Baliau Mungka” , “Baliau Surau Baru”, atau “Syekh Mungka” ialah seorang ulama besar Minangkabau, bahkan merupakan Syaikhul Masyaikh (guru dari sekalian guru) ulama Minangkabau abad ke-20. Beliau ialah ahli fiqih, ushul fiqih, mantiq, terutama seorang guru mursyid yang kamil dalam Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Beliau lahir di Koto Tuo, Mungka, Kab.Lima Puluh Kota, dan suku beliau ialah Kutianyia.

Sejak remaja beliau sangat giat menuntut ilmu agama. Guru-guru beliau merupakan ulama terkemuka di kampung halaman, bahkan sampai ke Mekkah al-Mukarramah. Di antara guru-guru beliau ialah:

Maulana Syekh Abu Bakar Tobiang Pulai Mungka, selain belajar ilmu-ilmu syari‟at melalui kitab-kitab, Syaikh Mungka juga mengambil Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah dan bersuluk. Selain itu juga memperoleh Ijazah Irsyad dari Syekh Abu Bakar Tobiang pulai tersebut. Syekh Muhammad Jamil Tungka, atau yang lebih dikenal dengan “Baliau Tungka”, di Situjuah Tungkar. Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih, kabarnya, Syekh Mungka juga bersuluk dan mendapat ijazah dari syekh ini. Kemudian, ulama-ulama besar di Mekkah al-Mukarramah, seperti Mufti Zawawi (Mufti mazhab Syafi‟i di Mekkah, dan ulama-ulama lainnya.

Setelah kembali dari Mekkah (dua kali di Mekkah, kurang lebih selama enam tahun lamanya) beliau pulang ke kampung halamannya, Koto Tuo, Mungka. Dibantu masyarakat beliau mendirikan surau bertingkat dua, yang diberi nama Surau Baru. Disana beliau mengajar agama, berbagai macam ilmu, yaitu fiqih,tauhid, tasawuf, ushul fiqih, dan lain-lain. Kabarnya beliau juga mengajarkan kitab fiqih besar dalam Mazhab Syafi‟i yaitu kitab Tuhfah al-Muhtaj (karya Imam Ibnu Hajar al-Haytami) yang tebalnya sebanyak 8 jilid. Hampir dikatakan tidak ada halaqah yang mengajarkan kitab ini di Minangkabau, karena termasuk kitab rumit dalam fiqih. Selain itu, secara khusus, beliau mengajarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah. Dalam hal Tarekat, Syekh Mungka ialah termasuk ulama besar yang gigih mempertahankannya dari orang-orang yang membid’ahkannya.

Murid-murid Syekh Mungka sangat banyak, di antara mereka ialah ulama-ulama besar di berbagai penjuru Sumatera. Di antara ulama-ulama yang belajar kepada Syekh Mungka yaitu; Syekh Yahya al-Khalidi Magek (Kab.Agam), yang mendapatkan ijazah Tarekat. Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh (Bukittinggi). Syekh Sulaiman Arrasuli Candung
(Pendiri PERTI). Syekh Abdul Wahid Asshalihi Tobekgodang, mendapat ijazah thariqat (Pendiri PERTI). Syekh Arifin Batuhampar, Syekh Makhudum Solok (pernah mengajar di Mesjidil Haram, Mekkah)(Tokoh PERTI). Syekh Jalaluddin “Angku Karuang” Sicincin Payakumbuh. Syekh Abdullah Singkarak. Syekh Ahmad Nawawi Banjaloweh. Syekh Abdul Aziz “Baliau Simpang Kapuak” wafat dalam usia 175 tahun. Dan masih banyak lagi ulama-ulama lainnya.

Selain mengajar, Syekh Mungka juga rajin menulis karangan. Cukup banyak karangan yang dihasilkannya selama hidup beliau. Dalam mengarang, salah satu keistimewaan beliau ialah mampu menulis nazham/ syi’ir bahasa Arab secara spontan. Hal mana menyusun nazham/ syi’ir termasuk hal yang sulit dilakukan, bahkan oleh orang Arab sendiri, namun beliau dengan mudah dapat merangkai kata dalam nazham, yang menunjukkan kemampuan beliau dalam bahasa Arab. Salah satu karya nazham beliau yang sampai saat
ini selalu dibaca pada halaqah tawajuh ialah Nazham Silsilah.

Syekh Mungka wafat pada hari Rabu, 23 Rabi’ul Awwal 1340 H, atau sekitar tahun 1922 M. Beliau dimakamkan di samping Surau Baru. Dalam kubah makam beliau itu kemudian dimakamkan pula anaknya, yaitu Syekh Muhammad Jamil Sa’adi (wafat 1970). Di depan kubah beliau ini juga dimakamkan salah seorang muridnya yang bernama Syekh Ahmad Nawawi Banjaloweh.

Momen ketika mendirikan kubah makam Syekh Sa’ad Al-Khalidi Mungka, terlihat Syekh Djamil Sa’adi mengenakan sorban dan memakai jas hitam. Disebelah Syekh Djamil Sa’adi, terlihat yang mengenakan jubah putih, serta mengenakan sorban beliau adalah Syekh Ahmad Tobiang Pulai.

Di samping itu, Syekh Mungka juga satu thabaqat dengan ulama-ulama Jawa-Madura yang menjadi mahaguru para pendiri Nahdlatul Ulama (NU), seperti Syekh Mahfuzh Tremas (w. 1920), Syekh Khalil Bangkalan (w. 1925), Syekh Ahmad Muhtarom Banyumas (w. 1927), Syekh Mukhtar Atharid Bogor (w. 1930) dan lain-lain. (HR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *