Belajar dari Nabi Sulaiman A.S

KHAZANAH534 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, Khazanah – Nabi Sulaiman A.S terkenal dengan mukjizatnya pandai berbahasa binatang, sehingga bisa berbicara dengan binatang-binatang, seperti tercatat dalam firman Allah swt

حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

“Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kalian tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari“ (Surat an-Naml: 18)

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Maka dia tersenyum gembira karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih“. (Surat An Naml 19)

Semut berhusnudzan seandainya Nabi Sulaiman dan tentaranya menginjak kawanan semut, maka hal itu dilakukan tanpa disengaja. Pelajaran bagi kita untuk selalu bersangka baik kepada orang-orang baik. Adapun berhati-hati dan waspada kepada orang yang tidak dikenal atau bahkan orang yang dikenal tidak baik bukanlah bersangka buruk.

Nabi Sulaiman Alaihissalam tersenyum kagum kepada ucapan seekor semut yang peduli dan perhatian kepada keselamatan masyarakat semut. Nabi Sulaiman Alaihissalam gembira dengan karunia yang Allah berikan kepadanya sehingga ia bisa memahami bahasa semut. Beliau bersyukur dan berdoa kepada Allah memohon agar Allah memberikan taufik kepadanya untuk menjadi orang yang bersyukur kepadaNya, beramal shalih yang diridhaiNya dan memasukkannya dengan rahmatNya ke dalam golongan orang-orang yang shalih. Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini berkata dalam salah satu ceramahnya bahwa konteks kalimat itu mengikat makna tertentu. Seperti firman Allah “فتبسم ضاحكا” yang artinya maka beliau tersenyum gembira. Karena kalau disebut tersenyum saja masih belum jelas artinya. Tersenyum bisa berarti tersenyum gembira yang berarti kagum, tapi bisa berarti juga tersenyum marah.

Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pernah tersenyum marah kepada sahabat Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu ketika beliau absen dari perang Tabuk. Setelah Allah menerima taubat Ka’ab bin Malik radhiallahu anhu maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum gembira dan ridha kepadanya. Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini menyebutkan seorang raja mungkin saja marah ketika mendengar Anda berbicara yang hak, padahal seharusnya ia tidak boleh marah. Adapun Nabi Sulaiman Alaihissalam tersenyum dengan senyuman orang yang tertawa (artinya beliau kagum kepada semut tersebut disebabkan ucapannya) bukan senyuman orang yang marah.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata dalam kitab tafsirnya bahwa “para Nabi alaihimushshalatu wassalam tertawa mereka adalah senyuman. Kebanyakan tertawa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah senyuman. Karena sesungguhnya tertawa terbahak-bahak menunjukkan kurang akal dan adab yang buruk.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata bahwa para Nabi alaihimushshalatu wassalam memiliki adab yang sempurna dan ketika kagum, kagum pada tempatnya. “Sesungguhnya tidak tersenyum dan tidak kagum kepada sesuatu yang patut dikagumi menunjukkan kekasaran akhlak dan kesombongan.

*Disampaikan dalam Khutbah Jum’at Masjid al-Barkah Belakang Balok Bukittinggi 30 Juli 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *