MINANGGLOBAL.ID, Khazanah – Banyak orang mengira, ibadah sunah hanya pelengkap amalan wajib yang sifatnya sukarela. Bila sempat, dikerjakan. Jika tidak, ditinggalkan begitu saja. Amalan sunah sering ditinggalkan karena kurangnya pengetahuan akan keistimewaan ibadah ini. Padahal, meninggalkan ibadah sunah berarti kerugian baginya karena tidak memperoleh pahala saat ada kesempatan untuk meraihnya.
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى أَبُو صَالِحٍ ، حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ الْأَوْزَاعِيَّ ، قَالَ : حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ ، حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ ، حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيُّ ، قَالَ : كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ لِي : سَلْ فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ . قَالَ : أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ . قَالَ : فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
Suatu ketika, Rasulullah SAW menawarkan kepada Rabi’ah bin Malik Al-Aslami, ”Mohonlah sesuatu!” Rabi’ah menjawab, ”Aku memohon agar dekat Anda di surga.” Lalu, beliau bertanya, ”Adakah permohonan lainnya?” Rabi’ah menjawab, ”Itu saja.” Beliau bersabda, ”Bantulah dirimu dengan memperbanyak sujud.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW bahkan memperingatkan mereka yang malas beribadah sunnah, ”Siapa membenci sunnahku, bukan golonganku.” (HR Muttafaq Alaih).
Selain itu, ibadah sunnah memiliki beberapa keistimewaan.
Pertama, bisa dekat dengan Rasulullah SAW di surga. Dijelaskan hadits di atas, memperbanyak sujud adalah dengan banyak mengerjakan sholat sunnah. Amalan inilah yang akan mengantarkan pelakunya menyertai Rasulullah di surga.
Beliau bahkan mendapatkan penghargaan untuk menempati surga paling tinggi (maqaman mahmudan) berkat sholat sunah tahajud yang jarang beliau tinggalkan.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra’ [17]: 79).
Kedua, menyempurnakan ibadah wajib. Rasulullah bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ : انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
”Amal yang pertama kali dihisab hari kiamat adalah sholat. Jika baik maka dia akan beruntung dan sukses, jika buruk maka dia menyesal dan rugi. Allah SWT berfirman kepada malaikat, ‘Periksalah sholat hamba-Ku, cukup atau kurang? Jika cukup, catat. Jika kurang, periksa lagi, apakah hamba-Ku punya amal sholat sunah? Jika punya, kekurangan sholat wajibnya ditambal sholat sunahnya.’ Baru setelah itu, amalnya dihisab.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, menyucikan jiwa pelakunya. Rasul bersabda:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ، وَالاِسْتِحْدَادُ، وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ، وَنَتْفُ الإِبِطِ، وَقَصُّ الشَّارِبِ
”Lima perkara termasuk fitrah: mencukur bulu kemaluan, khitan, memotong kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR Bukhari).
Keempat, menjadi wali dan kekasih Allah SWT yang selalu dicintai-Nya.
Saat Allah mencintainya, Allah akan menyertai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk memegang, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.
وَإِنْ سأَلنِي أَعْطيْتَه، ولَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيذَّنه
“Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku akan mengabulkan. Dan, jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan mengabulkan untuknya.” (HR Bukhari)