Oleh: Luzian Pratama
Jurnalis Gardaberita.com
MINANGGLOBAL.ID, OPINI – Saat mengumumkan pernyataan sikap PDIP menyambut Pilkada Sumbar, sebuah pernyataan yang cukup nyeleneh terlontar dari mulut Ketua DPR RI periode 2019-2024, Puan Maharani Politikus PDIP.
Dikutip dari detik.com, Puan mengatakan semoga Sumatra Barat (Sumbar) menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila.
Hal ini dikatakan oleh Puan pada hari Rabu, (02/09/2020) saat menyerahkan rekomendasi PDIP kepada pasangan Mulyadi-Ali Mukhni.
Ucapan puan itu lantas dijelaskan oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.
Hasto menyebut, maksud perkataan Puan itu agar seluruh kader partai mengingatkan bagaimana Pancasila dibumikan tidak hanya di Sumatera Barat, tetapi di Jawa Timur, di seluruh wilayah Republik Indonesia, Pancasila harus dibumikan.
Hasto juga menjelaskan, dari apa yang dikatakan Puan terselip harapan agar Sumbar mendukung negara Pancasila dalam aspek kebudayaan dan nasionalisme.
Selain itu, Hasto juga memaparkan tentang kecintaan Puan dan Ketum PDIP Megawati terhadap Sumatra Barat. Dalam penjelasannya, Hasto bahkan menyebut nama Alex Lukman yang ditugaskan Megawati untuk mengumpulkan semua resep makanan yang untuk membuat rendang.
Menilik perkataan Hasto yang mengatakan ucapan Puan agar Sumbar mendukung negara Pancasila dalam aspek kebudayaan dan nasionalisme. Maka yang menjadi pertanyaannya, apakah kebudayaan yang ada di Sumbar selama ini berlawanan dengan Pancasila?
Lantas apakah masyarakat Sumbar selama ini kurang mencintai negara sendiri? Apakah masyarakat Sumbar selama ini tidak mengamalkan Pancasila dalam menjalankan kehidupan?.
Hemat penulis, kendati pun Sumbar dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, belum pernah terbetik dari gerak-gerik masyarakatnya untuk menjadikan Sumbar sebagai provinsi yang mendukung khilafah dan menganut ideologi lain dalam bernegara.
Bahkan, jika masyarakat Sumbar tidak menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, tidak akan mungkin kedamaian antar umat beragama terjadi di Sumbar.
Dua Tokoh Minangkabau Dalam Perumusan Pancasila
Dibalik terciptanya Pancasila yang digunakan hingga saat ini, terdapat tiga tokoh penting yang berperan dalam perumusan Pancasila.
Dilansir dari buku Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara (2012) karya Ronto, Pancasila adalah lima dasar yang di jadikan perjanjian luhur dan disepakati oleh pendiri bangsa Indonesia.
Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta panca artinya lima dan syla berarti batu sendi atau alas dasar.
Muhammad Yamin dan Hatta tentu tidak akan lepas dari sejarah dalam merumuskan Pancasila.
M Yamin merupakan salah satu tokoh dalam sejarah bangsa ini. M Yamin lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun.
Dalam membuat rumusan Pancasila, Mohammad Yamin memberikan lima hal untuk bisa dijadikan dasar negara. Pertama diajukan secara lisan pada tanggal 29 Mei 1945 yang berisi:
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Kemudian hal tersebut berubah saat Mohammad Yamin menyampaikan rumusan dasar negara yang diajukan secara tertulis, yaitu:
- Ketuhanan Yang Maha Esa
- Kebangsaan Persatuan Indonesia
- Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sedangkan nama Mohammad Hatta sendiri tentu sudah tak asing lagi. Hatta lahir di Kota Bukittinggi. Bahkan untuk mengenang namanya sebuah perpustakaan megah di Kota Bukittinggi bernama Pustaka Bung Hatta berdiri kokoh sampai saat ini.
Dalam perumusan Pancasila, Hatta sempat mengemukakan pemahamannya tentang Lima Dasar republik tercinta ini.
Terkait apa yang dikatakan Puan Maharani, Kurang mendukung apa lagi Sumbar untuk mewujudkan cita-cita mulia bangsa ini?.
Bahkan, budaya masyarakat Sumbar sendiri tak terlepas dari nilai-nilai pancasila.
Apakah masih kurang Pancasila, atau Puan lupa sejarah?