Ketika Tradisi Alek Batagak Pangulu di Minangkabau Menyatu dalam Moderasi Beragama

Penulis: Khairini (Mahasiswa KPI UIN SMDD Bukittinggi) | Editor: Habibur Rahman

0
Source Image :Erison J Kambari

MINANGGLOBAL.ID, – Moderasi beragama menjadi isu yang paling dibicarakan saat ini. Moderasi beragama menjadi goal kehidupan yang damai dalam keragaman. Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, bertindak adil, dan tidak ekstrim dalam beragama.

Setiap pemeluk agama, menghargai perbedaan dan menjadikan agama sebagai sebuah pedoman dalam menjaga harkat dan martabat manusia, berlaku damai serta menjunjung tinggi kebaikan. Moderasi beragama tampaknya tak hanya menjadi wacana nasional. Moderasi beragama mulai bermetafase, berjalan berdampingan dengan kearifan lokal nusantara. Potensi lokal daerah nusantara sejatinya dapat menjadi kekuatan untuk memperkuat moderasi beragama.

Tentunya, dalam keberagaman kearifan lokal yang kaya terdapat keindahan yang menakjubkan. Minangkabau, negeri sejuta pesona, surganya kearifan lokal, serta praktik adat istiadat yang kental, tak kalah dalam melahirkan sumbangsih sikap moderasi. Sebut saja, budaya “Alek Batagak Pangulu”. Alek Batagak Pangulu mengandung makna mendalam, menekankan pada tradisi adat yang sangat kental secara turun-temurun. Ketika budaya “Alek Batagak Pangulu” ini menyatu dalam moderasi beragama maka muncul sebuah melodi toleransi yang akan memperkuat hubungan sosial diantara masyarakat.

Masyarakat Minangkabau mengenal sistem kehidupan berkelompok atau disebut dengan suku. Setiap suku memiliki seorang Penghulu suku atau dalam suku Minangkabau disebut dengan Datuak. Untuk mengangkat pemimpin suku, maka diadakanlah upacara Batagak Pangulu. Upacara Batagak Pangulu merupakan salah satu upacara besar yang menjadi tradisi khas masyarakat suku Minangkabau. Upacara Batagak Pangulu dimulai dari mufakat antar sesama kaum terlebih dahulu, selanjutnya dibawa masalah tersebut ke ruang lingkup kampung lalu diangkat ke tingkat suku dan akhirnya disepakati dalam Kerapatan Adat Nagari (KAN).

Penggunaan sistem mufakat menjadi lambang moderasi yang kental di masyarakat Minangkabau, tanpa mengenal apapun keyakinan (dalam agama Islam) dan latar belakang anggotanya. Seorang penghulu haruslah memiliki kemampuan untuk memimpin, seorang penghulu memiliki tanggung jawab yang besar untuk melindungi serta membimbing anak kemenakan dan masyarakat. Penghulu dijadikan sebagai tempat mengadu, berlindung, bertanya serta sebagai teladan bagi masyarakat kaum. Penghulu harus bersikap moderat, bijaksana, dan mampu melahirkan situasi toleransi dalam masyarakat yang dipimpinnya.

Budaya “Alek Batagak Pangulu” menjadi salah satu prinsip dalam moderasi beragama yaitu penghormatan kepada tradisi. Budaya “Alek Batagak Pangulu” menjadi sebuah tradisi yang harus dihormati sebagai salah satu kearifan lokal yang menyatu dengan prinsip moderasi beragama. Dengan mengakui keanekaragaman keyakinan, budaya ini mampu memperlihatkan kerukunan antar umat dengan berbagai keyakinan dengan segala praktik budaya yang dimilikinya. Moderasi beragama bukan hanya menjadi sebuah kata-kata tetapi merupakan sebuah sikap yang harus dipraktikkan apalagi sebagai individu yang menganut sebuah budaya yang menjadi simbol penghormatan antara sesama.

Dengan menyatunya antara budaya “Alek Batagak Pangulu” dengan moderasi beragama, maka terciptalah sebuah kearifan lokal yang menghargai perbedaan diantara sesama. Sejauh budaya “Alek Batagak Pangulu” ini tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama, maka berhak budaya ini diterima sebagai sebuah tradisi yang ramah dan sekaligus memberikan posisi terhadap adanya toleransi. Budaya ini tidak hanya menciptakan keharmonisan diantara umat beragama tetapi juga menjalin hubungan persaudaraan dalam suatu masyarakat. Perpaduan antara budaya “Alek Batagak Pangulu” dengan moderasi beragama menjadi suatu hal yang patut diapresiasi bahwa betapa indahnya jika budaya dengan agama ini dapat saling melengkapi, menghargai perbedaan, memberikan posisi terhadap toleransi hingga terciptanya sebuah kedamaian. (KH)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here