Kebesaran Tuah Maulana Syaikh Abdurrahman Batuhampar: Kakek dari Bung Hatta

Penulis: Apria Putra, MA.Hum (Filolog dan Dosen UIN SMDD Bukittinggi) | Editor: Habibur Rahman

KHAZANAH399 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, Khazanah – Adapun teks ataupun naskah pada gambar di atas merupakan bagian yang sangat penting dalam khazanah peninggalan Syaikh Batuhampar/ Baliau Batuhampar, yaitu surat Maulana Syaikh Khalid an-Naqsyabandi (1779-1827), ulama sufi mutafannin di Jabal Abi Qubasy, Mekkah. Teks ini semakin membuktikan bahwa Syaikh Batuhampar merupakan poros penting ulama di Pedalaman Minangkabau.

Baliau Batuhampar ialah gelar yang biasa disematkan masyarakat kepada Maulana Syaikh Abdurrahman al-Khalidi al-Naqsyabandi (w. 1899, dalam usia 120 tahun), seorang faqih, sufi, penghulu adat, dan juga ahli tilawah al-Qur’an yang masyhur di Minangkabau. Beliau tidak lain ialah kakek (pihak ayah) dari proklamator RI, Moh. Hatta.

Lebih dari 30 tahun lamanya beliau berkelana menuntut ilmu agama di berbagai pusat intelektual Islam, mulai dari Minangkabau sampai Aceh. Bukan hanya di situ beliau beberapa tahun menghabiskan masa untuk belajar agama di Mekkah al-Mukarramah. Pada usia, sekitar, 63 tahun beliau pulang ke kampung halamannya, dan mengajar ilmu agama.

Dok : Iqbal Rizkyka (Gambar Komplek Surau Batuhampar Pada Zaman Sekarang, Terlihat Jelas Menara Surau Batuhampar)

Dengan disokong masyarakat beliau membangun komplek surau, dengan nama Kampung Dagang (kampung para perantau; perantau penuntut ilmu). Kampung dagang itu terdiri dari surau induk yang biasa disebut Surau Gadang, bangunan penting yang juga berfungsi sebagai mesjid, dengan arsitektur Minangkabau. Di depan surau, dengan dibatas kolam ikan, berdiri sebuah rumah gadang. Sekeliling Surau Gadang dan rumah gadang itu berdiri surau-surau yang umumnya bertingkat dua sekitar 30 surau. Surau-surau itu sebagai pondok tempat penuntut ilmu yang kala itu disebut “anaksiak”. Di surau-surau itu anak-anaksiak belajar siang malam. Anak-anak siak itu berasal dari berbagai daerah, bahkan dari Bengkulu dan Riau. Jumlahnya ratusan.

Syaikh Batuhampar sangat giat mengajarkan ilmu-ilmu al-Qur’an, termasuk di dalamnya ialah ilmu Tajwid dan tilawah. Selain itu Syaikh Batuhampar juga ahli Qura’at Tujuh, dan mengajarkan ilmunya ini kepada murid-murid yang telah mumpuni dalam tilawah. Selain ini, di surau-surau itu anak-anaksiak menghafal al-Qur’an.

mengapa kita katakan poros keilmuan, bukan hanya karena sosok beliau yang ikut masuk dalam diskursus Islam di Mekkah, beliau juga meninggalkan murid-murid yang menjadi ulama besar dan yang berpengaruh luas di abad 20. Di antara murid-murid itu ialah:

1. Syaikh Batubara Andaleh
2. Syaikh Batangkapeh (Pesisir Selatan)
3. Syaikh Yahya al-Khalidi Magek (salah satu soko guru ulama-ulama PERTI)
4. Syaikh Abdurrahman al-Khalidi Kumango (masyhur sebagai ulama sufi dalam Thariqat Sammaniyah dan peletak dasar Silek Kumango)
5. Syaikh Abdullah Halaban
6. Syaikh Mudo Abdul Qadim Belubus (sufi ternama)
7. Syaikh Muhammad Salim al-Khalidi Bayur Maninjau
8. Syaikh Sulaiman Arrasuli Canduang
9. dan anak beliau sendiri, Syaikh Arsyad (ahli qira’at dan qasidah ternama, memperoleh ijazah tamm dalam ilmu qira’at tujuh dari Syaikh As’ad al-Asyi di Mekkah).

Inilah salah satu profil surau yang berkonsentrasi pada ilmu al-Qur’an, termasuk dalam mengkader hafizh. Peranan, pengaruh dan jasa Baliau Batuhampar sebagai tonggak tuo Surau Kampung Dagang tentu belum tertandingi. Setidaknya kita bercermin tentang perjuangan ulama silam dalam menyebarkan ilmu al-Qur’an. Dan perlu kita tahu, bahwa beliau (Beliau Batuhampar, sebagai tokoh sentral ilmu al-Qur’an abad 19 tersebut) adalah seorang Asy’ari bermazhab Syafi’i, sekaligus ulama besar dalam Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah.

Bahkan juga, Surau Batuhampar, menjadi semacam rujukan dalam bidang thariqat. Bilamana ada musykil dalam masalah thariqat, maka ulama-ulama akan berkonsultasi ke Batuhampar (kepada Syaikh Batuhampar). Kata Syaikh Batuhampar adalah kata pemutus.

Saya kembali teringat dengan nazham yang pernah saya tulis, tentang Syaikh Batuhampar:

Surau Gadang dinamai orang
Tempat belajar Qur’an yang terang
Tauhid – thariqat ilmu gemilang
Memutar tasbih mencari tenang

Dua abad sudah berlalu
Anaksiak siang malam ber-buku
Mendaras kitab, mudzakarah laku
Tiada satupun lidah yang kaku

Batuhampar negeri Naqsyabandi
Syaikh Abdurrahman pembawa kaji
Beliau bergelar mursyid sejati
Qur’an – Hadits terpatri di hati

Belajarnya dulu di negeri Mek/kah
Jabal Qabaisy khalwatnya berkah
Dalam hening mencari faidhah
Akhirnya ijazah diberi khalifah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *