Jauhi Diri dari Sifat Mementingkan Diri Sendiri

KHAZANAH1070 Dilihat

MINANGGLOBAL.ID, Khazanah – Dalam kehidupan manusia tidak ada yang terhindar dari kata Hablu Minallah dan Hablu Minannas yaitu hubungan kepada Allah dan kepada manusia,berbicara tentang hablu minanllah ialah tentang  pola hidup, penggerakan fisik untuk beribadah kepada (Allah) sedangkan hablu minannas yaitu kejadian-kejadian atau rutinitas yang berkaitan dengan manusia mulai dari percakapan, perbuatan, bahkan dari sikap.

Terjadinya perubahan sifat dimana orang-orang hanya mementingkan dirinya sendiri dikarenakan banyaknya beban dan kesibukan sehari-hari. Akibatnya tidak mengetahui apa yang terjadi pada sekitarnya atau sudah tahu tetapi seolah olah tidak mengetahuinya. Mereka tidak peduli apa faedahnya menengok orang sakit, melayat orang mati, menghadiri walimah perkawinan, memberi bantuan kepada orang yang baru tertimpa bencana dan hanya menganggap kegiatan tersebut tidaklah penting karena keuntungan yang didapat tidak langsung.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya akan terjadi sesudah sifat mementiungkan diri sendiri(menyampingkan orang lain) dan berbagai perkara yang kalian mengingkarinya”. Beliau bersabda  ”kalian tunaikan hak yang wajib atas kalian dan kalian minta kepadaAllah apa yang menjadi hak kalian” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadits ini memberikan isyarat bahwa di akhir zaman akan terjadi sifat mementingkan diri sendiri dan berbagai hal mungkar yang melanda umat manusia. Dalam keadaan seperti itu jalan terbaik untuk menyelamatkan diri adalah menunaikan tugas kewajiban masing-masing, baik kewajiban terhadap Allah muapun  kewajiban terhadap sesama makhluk-Nya.

Bagi umat Islam sifat mementingkan diri sendiri itu harus di buang jauh-jauh dan di ganti dengan sifat mulia, seperti suka tolong-menolong, memberi petunjuk kepada orang yang sesat iman, memberi nasehat kepada orang yang bertimpa kemalangan dan lain sebagainya.

Di hadis lain, Rasulullah saw bersabda “Belum sempurna iman seseorang dari kalian hingga kalian mencinta saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya”. (HR. Bukhari).

Kalau dihubungkan hadits tersebut di atas, maka orang yang mempunya sifat mementingkan dirinya sendiri itu termasuk orang yang belem sempurna imannya. Karena bagaimana mungkin orang bisa menaruh belas kasihan kalau dia masih mementingkan dirinya sendiri. Tentu saja rasa tolerasinya terhadap orang lain sangatlah tipis,bahkan mungkin sama sekali tidak ada.

Allah telah melimpahkan rasa senang dan bahagia kepada makhluknya,hal ini ditunjukkan agar mereka selalu taat kepadanya. Miris rasanya bila mana ada salah seorang teman atau saudara yang belum mau taat kepada-nya. Sehingga memberi nasehat dan petunjuk kepada mereka merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat agar mereka dapat memanfaatkan sisa umurnya untuk selalu taat kepada Allah. Legalah hati bila mana melihat teman atau saudara sesama umat selalu aktif taat kepada-Nya.

Dalam kemelutnya orang-orang yang senantiasa mementingkan dirinya sendiri dan merajalelakan kemungkaran di akhir zaman tidak ada jalan yang lebih selamat kecuali harus menunaikan tugas kewajiban masing-masing sebagai hamba.

Jauhilah sifat mementingkan diri sendiri karena hal itu tidaklah baik, lakukanlah sifat yang seharusnya dilakukan yaitu melakukan kewajiban terhadap Allah dan sesama makhluknya. (R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *