Goblokkan Dirimu, Ketika Bertemu Orang Lain

“Sebelum menggoblokkan orang lain, goblokkan dulu diri sendiri”

– Bob Sadino –

MINANGGLOBAL.ID, QUOTE – Bob Sadino terkenal dengan quote-nya yang nyeleneh, di luar kebiasaan. Bahkan populernya Bob Sadino dengan quote GOBLOK-nya. Kalau tidak hati-hati, kata-kata bijak Bob Sadino akan bisa salah tafsir. Harus bisa meresapi makna dibalik quote Bob Sadino.

Bob Sadino membuat sebuah ungkapan “Sebelum men-ggoblok-kan orang lain, goblok-kan dulu dirimu sendiri”. Lho kok harus goblok! Bukankan semua orang menghindari yang namanya goblok dan ke-goblok-kan, orang akan marah kalau dirinya dibilang goblok. Begitulah Bob Sadino menyampaikan motivasi, tapi dengan cover kalimat yang nyeleneh.

Makna dari ungkapan Bob Sadino itu, ibaratnya jika kamu bertemu dengan orang lain, maka anda harus meng-goblok-kan diri, dengan kata lain “kosong”-kan dulu gelasmu. Sehingga nanti kalau ada ilmu baru, pengetahuan baru dari orang lain tersebut, akan mudah mengisi gelasmu. Karena gelas kosonglah yang mau diisi, gelas penuh mana mungkin bisa ditambahi isinya.

Banyak orang, apalagi dengan segala titel yang dia punya merasa dirinya sudah maha tahu, dia yang paling hebat, paling banyak ilmunya. Biasanya orang yang merasa tahu maka dia tidak akan mau “mencari tahu” atau mau “dikasih tahu”. Kenapa demikian? Karena dia sudah merasa tahu segalanya, sehingga pengetahuan orang yang baru dikenalnya mungkin berguna bagi dia tapi dia tidak mau menerima, sebab ada rasa sombong dalam dirinya dan tidak mau mengakui bahwa ada orang lain yang lebih tahu dari dia.

Kita contohkan di dunia akademisi, tidak jarang ditemui sebagian dosen yang maha tahu, dan tidak mau diberitahu, atau berbagi tahu dengan mahasiswanya. Dosen merasa benar sendiri, ilmunya paling tinggi, pengetahuannya paling luas, mahasiswa itu bodoh tidak mengerti apa-apa.

Sehingga membantah dosen seperti demikian, sama saja mencari mati. Bisa dimarahi atau nilai akan menjadi taruhannya. Kenapa ada sebagian dosen seperti itu? Yah! Karena dia merasa “gelas”-nya sudah penuh, sehingga walaupun ada sudut pandang lain, perspektif lain atau pengetahuan lain dari mahasiswanya, hal itu tidak bisa lagi mengisi “gelasnya” karena sudah (merasa) penuh, walau hakikatnya tidak demikian.

Rocky Gerung pernah bilang bahwa “kampus adalah tempat berkelahinya akal”.. Jadi perdebatan antara dosen dan mahasiswa harus selalu terjadi, sehingga dialektika selalu terawat dengan bagus. Manusia akan pintar apabila terjadi terus menerus dialektika dan transaksi pengetahuan antara satu dengan yang lain. Dari mana dialektika dan transaksi pengetahuan tersebut didapat? Tentu dari perdebatan ilmiah, adu argumen yang kuat antara dosen dan mahasiswa. Sehingga guru atau dosen tidak selalu lebih pintar dari mahasiswa, jika ada pengetahuan baru dari mahasiswa, jika “gelas” dosen kosong, maka akan mudah bagi dosen menerima pengetahuan baru itu baginya, dan itu baik bagi dirinya.

Seharusnya dosen ketika masuk kelas, maka dia harus meng-goblok-kan dirinya sebelum meng-goblok-kan mahasiswa, kalau ingin dosen tersebut mendapatkan pengetahuan baru yang mungkin sebelum masuk kelas belum dia ketahui.

Itu hanya salah satu case. Bisa juga dicontohkan disaat kita bertemu dengan orang lain, goblok-kan dan kosongkan dulu “gelas” kita, sehingga nanti mudah menerima pengetahuan baru yang mungkin muncul dari orang lain tersebut. Karena sekali lagi, hanya “gelas” kosong yang bisa menampung air, hanya orang yang tidak sok pintar yang akan bisa mendapatkan dan menerima pengetahuan baru dari orang lain.

Begitu juga kadang sebagian mahasiswa yang berkutat teori di kampus, merasa pintar, dan tidak mau mengosongkan “gelas”-nya di lapangan atau dalam masyarakat, maka dia seperti katak di bawah tempurung. Padahal jika teori kampus bertentangan dengan fakta di lapangan, maka fakta di lapanganlah yang benar. Karena teori kampus biasanya banyak yang sudah basi, makanya seorang akademisi harus selalu mengkonfirmasi teori tersebut ke lapangan, sehingga akademisi akan selalu terbarukan teorinya sesuai perkembangan kenyataan di lapangan. Kapan seorang akademisi mau “mengkonfirmasi” teori ke lapangan, Ya! Di saat akademisi tersebut merasa dirinya goblok atau gelasnya tidak penuh.

Sahabat, mari mulai dari sekarang kita goblok-kan diri kita jika bertemu dengan orang baru. Mari kita kosongkan gelas kita di saat bertemu dengan orang lain. Sehingga mudah bagi kita mendapatkan pengetahuan baru, ilmu baru, perspektif baru, sudut pandang baru dan tentu itu akan memperkaya ilmu dan pengetahuan yang bisa mengantarkan kita lebih cepat ke pintu kesuksesan.

– Salam Sukses –

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *